Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Ma, Aku Ingin Peluk Daddy"

5 September 2020   20:44 Diperbarui: 6 September 2020   11:51 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangis itu akan muai di dalam pelukan. Pelukan yang sekian lama didamba. Oleh istri, suami atau anak. Momen demikian akan menjadi haru, sedih bahkan pilu. Tiada yang tau.  Kecuali datang kabar yang bisa mengonfirmasinya.

Situasi itu semua orang pasti mengalami. Entah kabar duka maupun gembira. Biasanya jarak yang terbentang jauh yang mengakibatkan satu sama lain terputus hubungan komunikasi. Di sini kerinduan bakal dirasakan begitu dalam.

Namun oleh karena kemajuan zaman, maka cara komunikasi untuk membunuh kerinduan mudah dilakukan. Sepanjang punya hape, atau kondisi sinyal yang sangat baik di antara keduanya.

Pertengahan Agustus kemarin Ryan sangat bahagia. Ia dapati kabar istri, dan satu anaknya yang masih sekolah dasar dalam keadaan baik. Komunikasi sangat lancar. Perbincangan bisa satu jam lebih.

Padahal ia ada di pegunungan di wilayah konflik Afghanistan.

Sebagai prajurut marinir atau Navy Seal US Army,  ia sudah habiskan masa tujuh bulan, dan rencananya September ini akan kembali ke tanah airnya.

Tentu kabar itu sudah diterima istrinya, Stepanie. Cuma dirahasiakan untuk anaknya, Kelly. Ia berharap kedatangannya kelak bisa mengejutkan anaknya itu.

Ryan dan istrinya sudah menyusun skenario. Ia ingin hadir, dan surprise bagi Kelly di sekolahnya bila sampai waktunya kembali.

Istrinya diminta untuk mengordinasi rencana tersebut pada pihak sekolah. Setidaknya masa dinas sembilan bulan ini akan tuntas bila ia bisa memeluk erat anaknya di ruang kelas.

"Aku ingin lihat dia berlari sembari merentangkan kedua tanganya. Kelly pasti melakukan itu,"kata Ryan tersendat di ujung telpon.

"Ya, akan menjadi kejutan buat dia. Berulangkali Kelly selalu tanyakan keadaanmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun