Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Belajar Membangun Imajinasi lewat Cerpen

15 Mei 2020   02:04 Diperbarui: 15 Mei 2020   02:14 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan, ini sangat berbanding terbalik bila kita menulis suatu opini yang didasarkan atas tesa yang muncul dipermukaan yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan satu antitesa sekaligus sintesa yang dapat memberikan pencerahan bagi pembacanya.

Rumit memang jika modal isi kepala kita hanya membangun opini yang asal-asalan dalam bentuk tulisan. Itu. Hal semacam ini tentu bisa dicermati oleh pembaca mengenai latar dari penulis tersebut. Jika sekadar ingin menggugurkan ketidak sukaan terhadap suatu isu, maka ditulis saja senyamannya, tanpa memperhatikan konstruksi logika yang mesti dibangun dan dikembangkan.

Namun banyak juga yang mengembangkan dan menulis opini dengan struktur kalimat berbasis data yang sangat teoritis, sekaligus njelimet untuk dipahami. Dan, ini sangat menarik jika pelan-pelan dibacanya, pendeknya pembaca jadi tau soal latar isu, baik lokal maupun nasional yang menjadi atensi masyarakat. Malah atas tulisan opini itu bisa juga pembaca digiring pada satu fakta yang selama ini tidak diketahuinya. Seru juga opini semacam ini.

Karenanya, ini soal pengalaman menulis cerita pendek, bahkan membaca cerpen dari penulis lain di Kompasiana, maka didapat satu pemahaman, bahwa menulislah cerita apa yang ingin diceritakan, tanpa terpenjara oleh layak tidaknya untuk dibaca. 

Tuangkan semua isi kepala ketika ingin menulis, dan posisikan cerita itu berdasarkan apa yang ada dipikiran. Seolah-olah barangkali kita sedang bercerita sesuatu hal pada anak-anak kita. Dan, untungnya ada media yang bisa menawarkan alternatif untuk terus belajar di sini. Jadi hatur nuhun nya, Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun