Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Remason di Ujung Hidung Bang Zaid

7 Mei 2020   03:54 Diperbarui: 14 Mei 2020   17:07 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata pak RT, sore nanti bada Ashar sudah dipastikan sembako bakal diberikan pada warga sesuai data yang ada di arsipnya. Dari jumlah Kepala Keluarga sekitar 35, yang patut menerima ada 20. Dan kebetulan sekali jumlah bantuannya sesuai. Jadi setidaknya tidak repot lagi untuk menambal yang kurang.

"Bantuan sudah saya terima Koh tadi pagi. Jumlahnya 20, dan pak Haji juga sudah melongoknya,"ucap pak RT.

"Iya, betul Koh, Alhamdulillah. Cuma saya pribadi masih rada deg-degan juga soalnya bantuan ini kan belum bisa mengcover berapa lamanya wabah ini selesai.  Kebanyakan dari yang menerima bantuan kan pekerja harian rata-rata, kayak model si Zaid, Salman, Salim, dan yang lainnya. Kalau Karim, juga Pariyem mungkin sedikit bisa bernafas, sebab mereka kan punya usaha, meski kelihatannya nyungsep juga,"ungkap Haji Mukti menambahkan.

"Itu yang jadi pikiran saya juga,"timpal Koh Acung.  Sembari mengusulkan agar warga yang tidak termasuk penerima bantuan bisa diminta urun rembug dengan membantu ala kadarnya, semisal bahan mentah atau uang, serelanya.

"Yang 15 KK itu maksudnya, Koh?Tanya pak RT.

"Iya betul Te.Gimana pak Haji?"

"Setuju, Koh, nanti diatur aja gimana baiknya,"balas Haji Mukti sepakat.

****

Dari tikungan jalan di sekitar Tanah Abang yang sepi kendaraan itu, Salman melihat bajaj dengan tulisan di belakangnya "CARI UANG SUPAYA JADI JUTAWAN", Salman segera mendekati.

"Tak salah, itu pasti bajaj bang Zaid,"pikirnya.

Ia pun menghentikan motornya di dekat bajaj itu, dan melangkah pelan, mindik-mindik. Di tempat yang sejuk seperti ini Salman sudah mengerti, tetangganya ini pasti sedang molor kelelahan. Benar saja, pas ditengoknya Zaid sedang meringkuk di kursi belakang, serta mulut yang menganga, tanda lelap, meski dengkurnya tidak terdengar, dan maskernya juga diturunkan. Salman perkirakan tidurnya ini lebih dari dua jam sebab itu ia merogoh dari jaket ojolnya minyak remason yang biasa ia bawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun