Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Aroma Unik di Rumah Haji Mukti

13 September 2019   14:16 Diperbarui: 14 September 2019   23:53 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oh minta sumbangan. Tak kira surat numpang nikah!"

***
"Cie, yang abis dari rumah yayang nih,"goda Zaid saat berpapasan dengan Karim di mulut jalan rumah Haji Mukti.

"Iya bang. Alhamdulillah. Omongan abang tempo hari emang bener." Karim pun menjelaskan pada Zaid bahwa Pariyem jika di rumah sangat berbeda ketimbang di warung nasinya.

"Iyalah, masa gue ngibul sih. Gimane, dapet sumbangannya?"

"Alhamdulillah, si Par, ngasih, lumayan. Koh Acung juga. ALFA sama Indomart juga, bang."

"Iye gue juga nih. Kayaknya acara nanti itu bakal jadi deh. Gue juga terima ini dari Haji Yasin,  sama kos-kosan bang Pay. Ayo dah kita setor ke pak Haji!"

Di rumah Haji Mukti rupanya sudah kumpul. Ada Salman, dan Salim. Salim yang mengedarkan list juga sudah setor pada Salman, sebagai bendaharanya. Mereka kemudian duduk lesehan, dan Haji Mukti tak sungkan memberikan hidangan yang enak-enak untuk tamunya itu.

"Ayo dah, dimakan. Tuh, lumayan, ada kurma, lapis legit, risol, pastel. Kolak aja gak ada nih. Ayo id, jangan malu-malu..,in!Kata Haji Mukti pada tamunya sekaligus menekan akhiran kata itu pada Zaid. Zaid disentil begitu tertawa senang, dan langsung pastel di piring berpindah ke mulutnya.

Karim meski sudah kenyang dengan ubi rebusnya Pariyem, juga Salim tak mau kalah. Mereka bertiga akhirnya sibuk dengan sajian yang ada. Cuma Salman yang anteng, menulis catatan sumbangan yang barusan diterimanya dari mereka.

Haji Mukti dan Salman saling bincang, berapa kekurangan dana yang dibutuhkan untuk acara itu. Jika sudah cukup, maka list edaran dihentikan. Kalau kurangnya sedikit, Haji Mukti sudah siap menambalnya.

"Ini dari catatan saya, warga yang menyumbang tidak banyak. Hanya sekitar 20 orang saja. Tapi nilainya lumayan besar, pak Haji. Kelihatannya cukup untuk acara nanti,"kata Salman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun