Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rezeki Dadakan!

12 September 2019   15:53 Diperbarui: 12 September 2019   18:27 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah lu tau apa. Sudah sana bikin bak pao. Gue lapal nih!"

******

Sementara itu usai kedatangan tukang kredit, di rumah, Anwar malamnya mengumpulkan semua mantunya, laki-laki, Sophar dan Nato. Sophar dari Pariaman, dan Nato dari Purwokerto. Dua-duanya kompak menjadi sales perabotan rumah tangga dari super market yang super dan ternama. Anwar bilang pada mereka, atas laporan istrinya Oca, cicilan kredit untuk bulan ini belum bisa dibayar sebab uangnya juga digunakan untuk makan semua sehari-hari. Mereka diminta pengertiannya untuk urunan kembali.

Sophar cuma diam, mendengarkan sambil korek-korek kupingnya yang sebelah kanan dengan pentol korek api. Di sebelahnya, Nato coba menjelaskan sembari puter-puter topi Bareta ungunya yang sudah kusam. Dia bilang, kalau untuk urunan lagi dirinya siap saja. Asal urunan buat bulan berikutnya dibebaskan. Sebab anaknya perlu peningkatan gizi di bulan depan.

"Begitu istri saya bilang, pak. Katanya ada tanda-tanda kurang gizi kronis. Pantas saja rewel terus. Itu juga pas hadir ditimbang di pos RW, kemarin dibilanginnya,"ungkap Nato lesu. Anwar diam menghela nafas. Dia sedang mempertimbangkan soal nasib cucunya ini. Matanya kemudian dialihkan ke Sophar.

"Elu gimana Sop?Tanya Anwar.

"Gimana, gimana maksudnya, pak?Balik Sophar bertanya seraya melemparkan pentol koreknya ke luar pintu.

"Jangan belagak budeg lu. Ini gue lagi minta pendapat. Si Nato udah kasih pendapatannya. Sekarang giliran elu. Mau urunan apa kagak?

"Udah jelas kagak lah, pak. Saya ini ketat kalo urusan uang. Supaya bini saya dan anak, ya itukan anak bapak dan cucu. Sehat wal afiat. Gak kayak anaknya si Nato, gitu. Lagian udah urunan kemarin kenapa mesti dipake sih. Mikir aja sedikit, udah tau gak gablek  eh malah shoping,"katanya.

Anwar  sudah dengar alasan kedua mantunya. Kemudian dipanggilnya Oca yang sedang rebus singkong pemberian tetangganya yang orang Tegal itu, dibantu kedua anaknya. Ia bergegas ke ruang tamu, dan duduk di sisi sebelah kiri Sophar, samping kanan Anwar mendengarkan.

Kata Anwar padanya,"Elu inget ye, masih tujuh hari lagi waktu untuk ngelunasin cicilan si Ole. Dari tujuh hari itu jangan lu ganggu, uang yang sudah ada. Biarin deh yang sudah kepake, mudah-mudahan ada rezeki yang ketangkep nanti. Inget ye!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun