Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Hamidatun Niyahah, 2020) sebagian besar masyarakat di wilayah objek penelitiannya mengaku lebih memilih menanam jagung jika dibandingkan menanam jenis palawija yang lainnya. hal tersebut dapat dikarenakan masa tanam hingga panen tanaman jagung yang relatif singkat. dimana dapat diketahui apabila dalam rentang satu tahun, dengan bergantung pada varietas serta musim pada saat penanaman akan terhitung dapat dilakukan panen dua sampai tiga kali pasca tanam.Â
Akan tetapi, timbul permasalahan dalam hal harga jual pasca panen, sehingga hal tersebut menyebabkan tak jarang masyarakat yang menerima harga yang relatif rendah dan sebenarnya tidak sebanding dengan modal yang telah dihabiskan ketika masa tanam.Â
Memang jika dilihat dari sudut pandang umum terlihat sepele, akan tetapi hal tersebut tentu akan berbeda dengan mereka yang hanya mengandalkan perekonomiannya dari hasil pertanian.
Pemanfaatan limbah hasil panen adalah salah satu alternatif menjaga kebersihan lingkungan dari pencemaran disamping untuk kreativitas dan peningkatan sumber perekonomian baik dalam negeri maupun luar negeri (Wandi Abbas 2018).Â
Adapun pemanfaatan limbah secara maksimal yang dibuktikan dengan beberapa penelitian yaitu telah dilakukan terkait dengan pemanfaatan limbah hasil panen seperti penelitian Artiyani (2012) yang memanfaatkan limbah kulit singkong menjadi paving block; Hasanah, dkk (2014) memanfaatkan limbah tanaman jagung dan kulit coklat sebagai pupuk organik; juga penelitian Pratiwi, Lestari, & Widianto memanfatkan limbah buah salak sebagai substrat Nata De Salacca.Â
Dari beberapa penelitian tersebut jelas bahwa terdapat nilai positif dari kreativitas memanfaatkan limbah hasil panen bahkan limbah menjadi tinggi nilai ekonominya manakala dikelola secara tepat.
Pandangan masyarakat akan hasil pertanian umumnya masih sebatas melihat hasil utamanya saja (baik itu buah, biji-bijian, dan lain-lain). Padahal dengan membentuk sudut pandang yang berbeda masih banyak bagian yang lain untuk ditinjau ketermanfaatannya.Â
Sehingga diperlukan suatu dorongan untuk memunculkan bentuk ide baru maupun kreativitas untuk memanfaatkan bagian- bagian tertentu hasil panen yang masih jarang dimanfaatkan. Sehingga, akan mendongkrak permasalahan harga pasca panen tersebut yang menjadikan masyarakat lebih terbantu dengan adanya inovasi ini.Â
Selain itu, disamping mendapatkan keuntungan secara ekonomis, dengan hasil pemanfaatan limbah ini dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan dengan mengonsumsinya dalam bentuk olahan yang tepat. Dimana bentuk olahan tersebut dapat dikonsumsi sendiri maupun dijual kembali dengan bentuk olahan yang sudah jadi.
Hal inilah yang melatarbelakangi penulisan artikel ilmiah ini, dimana pemanfaatan bonggol jagung sebagai media tanam sebagai sumber makanan.Â
Dapat diketahui jika bonggol jagung lebih baik digunakan sebagai media tanam daripada bagian jagung yang lainnya, hal ini dikarenakan teksturnya yang berserat dan tidak terlalu keras serta merupakan limbah lignoselulosa. Salah satunya adalah melalui pemanfaatan bonggol jagung untuk budidaya jamur.Â