"Tidak..., Ibumu tertidur setelah minum obat!" sahut Bi Atun mencoba menenangkan Nana.
Nana gegas melangkah agar segera sampai di rumah. Anak kelas tiga sekolah dasar itu, sangat paham ibunya. Ibunya takkan pernah tidak menjemput jika tidak dalam kondisi sakit parah.
"Nana, jalannya pelan-pelan!" pinta Bi Atun yang tergopoh-gopoh mengejarnya.
Nana mengabaikan dan tetap melangkah cepat.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Mama!" pekiknya keras.
Dia segera menghambur ke dalam kamar untuk melihat keadaan ibunya.
Tidak ada? Nana panik dan segera menghambur ke belakang rumah. Dia tidak ingin ditinggal ibunya ke rumah sakit, seperti beberapa bulan lalu.
Ibunya dirawat tiga minggu, karena pingsan. Nana menangis di rumah sendirian. Dia tidak pernah jauh dari sang ibu.
"Mamaaaa!" pekik Nana menghambur memeluk Asri, "Mama baik-baik saja, kan?" cecarnya sambil memandangi wajah ibunya yang dihiasi bekas bisul yang pecah.
Asri tersenyum, sembari berusaha melepas pelukan Nana.
"Na, jauh-jauh dari Mama, takut kamu ketularan!" seru Asri khawatir.