"Mungkin ini takdir, Nak! Harus sekolah jauh dengan predikat tanpa prestasi, namun bagi mama kamu sudah menjadi anak yang hebat." sahut sang mama lembut.
Saat itu ada banyak rasa bergelut dalam pikiran mereka berdua.
Sasa pun mulai belajar mandiri dalam waktu singkat. Berangkat ke sekolah dengan tiga kali sambung transportasi umum sendirian. Sang ibu juga berusaha untuk mempercayai putri sulung nya itu, walau rasa khawatir selalu menyesakkan dada.
Hingga suatu hari, Sasa menghampiri sang ibu dan menjelaskan tentang rahasianya.
"Ma, Sasa mau cerita tentang rahasia!" ujarnya dengan wajah menunduk.
Sang mama langsung pucat dan khawatir. Dadanya berdegup keras. Rahasia apa?
"Sasa punya komunitas, yang membahas tentang literasi, bolehkah Sasa mengembangkannya?" tanya Sasa sambil meletakkan kepala di pangkuan sang ibu.
"Astaghfirulloh al adziim..." pekik si ibu sambil mencubit pipi Sasa gemas.
"Sakittt, Ma!" sambil Sasa memonyongkan mulut.
"Masa sakit?" tanya sang ibu kesal.
"Heheee..." kekeh Sasa senang, karena bisa menggoda ibunya.