"Kalian dari tadi di sini?" tanya Bu Opi sambil menyalami anak-anak itu.
"Iya, Bu!" sahut Sherly tersenyum manis, "pas lihat Kak Sasa datang bareng Bu Opi, kami jadi ikut nonton, deh!" lanjut lagi sambil menghampiri Sasa dan salam kepada sang kakak kelasnya itu.
"Kirain Kak Sasa itu cuma pintar menggambar saja, ternyata...," ujar Tata sambil memandangi Sasa yang tersipu malu, karena dipuji adik kelasnya.
"Sasa bisa menjadi contoh ya! Bisa menguasai bidang lain, jika kita punya kemauan untuk belajar." kata Bu Opi sambil merangkul Sasa lembut, "kamu pulang dulu, ya! Istirahat, agar lusa bisa fit, nanti diantar Pak Zulham, itu beliau sudah datang!" kata Bu Opi sambil menunjuk motor matic yang baru saja memasuki gerbang taman.
"Saya pulang dulu ya, Bu..., adik-adik semua!" kata Sasa melambai menjauh, setelah mencium punggung tangan Bu Opi.
"Hati-hati!" sahut Bu Opi berbarengan dengan anak-anak.
"Bu, Kak Sasa diundang ke hotel dan membacakan puisi di depan banyak pejabat, ya?" tanya Sherly dengan pandangan takjub.
"Iya, bukan hanya ke hotel, tapi juga ke GBK!" sahut Bu Opi sambil tersenyum.
"Ibu ikut mendampingi?" tanya Teguh kemudian.
"Iya, Mama Kak Sasa sedang sakit, jadi tak ada yang mengantar!" sahut Bu Opi sambil menggulung kabel yang tadi dipergunakan rekaman oleh Sasa.
"Kasian dan hebat, ya?" celetuk Tata pelan, "kasian, karena ibunya tak bisa mendampingi, tapi hebat banget, anak yatim bisa maju seperti itu!" katanya sambil bertepuk tangan dengan heboh sendiri.