Anggi
Karya. Ersalrif
Ana melihat putrinya pulang dengan wajah sedih. Dia melempar tas sekolah ke sofa, dan duduk dengan gusar di samping Putra, adiknya.
"Kakak, kenapa sih?" tanya Putra dengan tatapan heran.
Anggi mendengus dengan kesal. Tak ada sepatah katapun meluncur, dari bibirnya yang mengerucut itu.
Ana menghampiri keduanya, sambil menyodorkan segelas air dingin kepada Anggi.
"Minum dulu supaya adem!" ujarnya seraya duduk di sisi sang putri.
"Terima kasih, Ma!" sahut Anggi dengan lesu.
Dia langsung meneguk air dingin pemberian sang ibu. Cuaca memang sedang panas sekali, ditambah suasana hatinya yang penuh amarah.
Air di dalam gelas langsung tandas. Anggi menyeka bibirnya pelan. Dia meletakkan gelas di meja samping sofa. Tiba-tiba dipeluknya tubuh sang ibu sambil sesegukan.
"Laah, Akak iniii...!" sergah Putra bingung.
Reflek tangan bocah laki-laki berusia tujuh tahun itu, mengusap punggung tangan sang kakak, yang tengah memeluk ibu mereka.