Saat mulai beranjak remaja, dan mengerti tentang mode, Amel dikejutkan dengan hadirnya foto masa kecil, yang menurutnya sangat memalukan?Â
Itu terjadi saat sang sepupu dengan iseng mengirimkan foto, yang ditemukan tersimpan dengan apik di laptop miliknya, kepada Bu Anna. Membuat Amel tersadar, dan tak lagi menggoda Akmal, dengan mencela fisik adiknya itu.
Hanya sesaat Amel menyangkal foto itu, dan berkeras jika itu bukan dirinya. Hingga dia memperoleh pencerahann, jika menggoda seseorang dengan mencela fisik itu, sangat tidak baik. Tanpa sadar itu sangat melukai hati.
Centreng!
Ibu Ana membuka pesan dari keponakannya, Awa. Tampak sebuah foto di sana, seorang balita berusia sekitar dua tahunan. Berpakaian putih, berkulit bersih dengan rambut merah dan saking tipisnya, hingga tampak terlihat botak. Hanya hiasan bulu berwarna merah, yang terlihat menghiasi kepalanya.
Di foto dia tersenyum dengan lucu. Memperlihatkan bagian gigi depannya yang "berjendela".
"Huahaha, nemu aja nih, Bocah!" seru Bu Ana tergelak geli.
"Ada apa sih, Ma?" tanya Amel penasaran, melihat mamanya itu tertawa, setelah melihat pesan di handphone.
"Mmmm, mau tau aja, atau... banget, nih?" tanyanya menggoda.
"Iiish, mama suka begitu, ditanya malah menggoda!" seru Amel sambil cemberut.
"Haha... Akak seperti anak kecil!" sergah Akmal yang melihat kelakuan sang kakak, yang sering menggodanya hingga menangis.
"Diem kamu, Bocil!" seru Amel sembari melotot ke arah Akmal, yang malah semakin geli tertawa.
"Eh, malah bertengkar dengan adiknya?" tegur Bu Anna sambil tersenyum simpul, "yakin kamu ingin tau, Neng?" tanyanya lagi masih mengulum senyum.
"Mama bikin kepo!" sergah kedua anak itu berbarengan.
"Yeeay, mendadak kompak, nih? Hehe..." kekeh Bu Anna sambil terus tersenyum menggoda Amel, "baiklah kalo begitu, mama tak tanggung jawab, kalo kamu menyesalinya, sebentar mama kirim, ya?" sahut Bu Ana sambil terus tersenyum geli, pada Amel yang mengerenyitkan alis, saat melihat foto yang masuk di aplikasi hijaunya itu.
"Siapa ini, Ma?" tanyanya dengan bingung.
Akmal yang sempat melihat ke hape kakaknya, langsung berteriak, "itu kan Akmal, Akak!"
"Bukaaan, masa Ade pakai gaun putih, sih? Ade kan, cowok!" seru Amel sambil menggelitik adiknya dengan gemas.
"Haha, ha, ha ... Iya, ya?" seru Akmal sambil terkekeh kegelian.
"Mau tau nggak, itu siapa?" tanya Bu Ana masih dengan senyum menggoda.
"Siapa, Ma?" tanya Amel penasaran.
"Ituuu, kamu saat masih berusia dua tahun, ha, haha, ha, ha !" seru Bu Ana mulai tertawa lagi.
"Nggak mungkin! Hidungnya mbleber seperti Ade, teruuus...itu, rambut?" seru Amel keras, dengan ekspresi tak percaya.
"Bhuaha, ha, ha, itu memang kamu, Neng! Makanya jangan suka mencela fisik adikmu, wong kalian itu saudara, ya..., persis saat kecil dulu!" jelas Bu Ana masih tertawa geli, melihat ekspresi Amel yang menatap foto di layar hapenya, dengan tatapan tak percaya.
Dia memperhatikan wajah Akmal dengan seksama. Memang persis dengan anak perempuan di foto itu. Bedanya Akmal memiliki rambut hitam dan tebal, dengan barisan gigi yang putih dan rapi.
Berbanding terbalik dengan anak kecil di foto itu.
"Itu pasti anak orang, Ma!" sangkal Amel sambil meletakkan hapenya di meja.
"Ya, iya, anak orang, kata siapa itu anak onye? Haha, ha, ha!" seru Bu Ana dengan tersenyum lembut.Â
 Akmal yang sedari menatap bingung ke arah ibu dan kakaknya, berusaha meraih hape Amel, karena dia penasaran dengan foto, yang tampak mirip sekali dengannya itu.
"Dia memang bukan Ade..., masa dikuncir? Masa bergaun cantik?" gumamnya dengan gaya lucu.
Amel jadi tertawa geli, melihat tingkah sang adik, yang terus bermonolog, sambil garuk-garuk kepala, mencoba menjawab rasa penasarannya sendiri.
Bu Anna ikut menertawai tingkah si bungsu, yang kerap mendapat ledekan dari sang kakak itu.
"Iiih, kenapa pada ketawain Ade, sih?" serunya tak terima.
"Dengar tuh, Amel! Adikmu tetap berkata baik dengan apa yang dilihatnya." ujar Bu Anna kepada Amel yang masih terkikik.
"Dia menyebut gaunnya yang cantik, yaaa, bukan orangnya yang cantik!" tegas Amel mencoba membela diri.
"Tapiii, Akmal tak pernah membalas ejekanmu, Akaaak!" sergah Bu Anna dengan gemas.
"Ini beneran Akak, Ma?" tanya Akmal tersenyum dengan lebar, "ternyata Akak kecil sama jeleknya dengan Ade ya, Ma? Kepalanya macam buah rambutan, haha, ha, ha!" seru Akmal tergelak, saat melihat hiasan rambut Amel kecil, yang tampak menyerupai buah rambutan di matanya.
Akmal tertawa senang menggoda Amel, yang sering mencela hidungnya yang mbleber* itu.
"Huuuh, senang, ya? Puas banget Ade mencela Akak?" seru Amel dengan bibir dimanyunkan.
"Biasa aja kali, Kak! Ade dikatain hidung mbleber dan jelek setiap hari ama Akak, biasa aja, tuh!" sahut Akmal sambil tersenyum dan berlari menjauh, menghindari cubitan Amel.
Sejak itu, Amel tak lagi mencela Akmal, ternyata sosoknya saat balita, begitu mirip dengan Akmal.Â
Kini rambut Amel, memang tergerai hitam legam hingga ke pinggang, dan tampak indah. Wajahnya sangat manis dengan bola mata yang besar dan dihiasi bulu mata yang lentik.
Amel memandang wajah Akmal dengan kasih. Walau dia sering mencela tanpa sadar, namun rasa sayangnya begitu besar pada sang adik.Â
Akmal sudah kehilangan figur sang ayah, saat dia lahir ke dunia. Ayah mereka tewas dalam sebuah kecelakaan. Kini Bu Anna sendirian membesarkan kedua anaknya di kota metropolitan..
Amel tersenyum melihat adiknya, yang sedang asyik bermain mobil-mobilan.
"Ade harus kuat dan sehat terus, ya! Akak sayang banget ma Akmal..." ujarnya seraya merangkul sang adik dengan sepenuh hati.
"Ade juga sayang ma Akak yang cantik!" balas Akmal sambil memeluk dan mencium pipi Amel dengan gemas.
Mereka tertawa bahagia. Foto masa kecil Amel membuatnya sadar. Dia tak lagi menggoda adiknya itu, dengan menghina fisik. Dia merasa sedih sekali, saat menyadari dia menghina diri sendiri di foto masa kecilnya itu.
Amel membuat kolase fotonya dan Akmal. Dijadikan foto profil di aplikasi hijaunya. Dia tak merasa malu dengan foto itu lagi. Bahkan dia sangat bangga melihat, foto masa kecilnya itu, seakan sedang bermain bersama Akmal dengan bahagia.
Dia semakin menyayangi adikku itu, dan berjanji akan menjadi kakak yang lebih baik lagi untuk sang adik.
Jakarta, 03 Desember 2021
Noted : Mbleber berarti melebar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H