Mohon tunggu...
Ersalrif Ersalrif
Ersalrif Ersalrif Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Saya seorang single mom, bekerja serabutan. Hobi saya membaca, menulis, melukis dan daur ulang barang bekas. Saya seorang yang introvert, tapi berusaha belajar untuk dua buah hati saya. Menulis adalah sarana healing untuk hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Foto Masa Kecil Amel

29 Desember 2022   07:21 Diperbarui: 29 Desember 2022   07:29 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dengar tuh, Amel! Adikmu tetap berkata baik dengan apa yang dilihatnya." ujar Bu Anna kepada Amel yang masih terkikik.

"Dia menyebut gaunnya yang cantik, yaaa, bukan orangnya yang cantik!" tegas Amel mencoba membela diri.

"Tapiii, Akmal tak pernah membalas ejekanmu, Akaaak!" sergah Bu Anna dengan gemas.

"Ini beneran Akak, Ma?" tanya Akmal tersenyum dengan lebar, "ternyata Akak kecil sama jeleknya dengan Ade ya, Ma? Kepalanya macam buah rambutan, haha, ha, ha!" seru Akmal tergelak, saat melihat hiasan rambut Amel kecil, yang tampak menyerupai buah rambutan di matanya.

Akmal tertawa senang menggoda Amel, yang sering mencela hidungnya yang mbleber* itu.

"Huuuh, senang, ya? Puas banget Ade mencela Akak?" seru Amel dengan bibir dimanyunkan.

"Biasa aja kali, Kak! Ade dikatain hidung mbleber dan jelek setiap hari ama Akak, biasa aja, tuh!" sahut Akmal sambil tersenyum dan berlari menjauh, menghindari cubitan Amel.

Sejak itu, Amel tak lagi mencela Akmal, ternyata sosoknya saat balita, begitu mirip dengan Akmal. 

Kini rambut Amel, memang tergerai hitam legam hingga ke pinggang, dan tampak indah. Wajahnya sangat manis dengan bola mata yang besar dan dihiasi bulu mata yang lentik.

Amel memandang wajah Akmal dengan kasih. Walau dia sering mencela tanpa sadar, namun rasa sayangnya begitu besar pada sang adik. 

Akmal sudah kehilangan figur sang ayah, saat dia lahir ke dunia. Ayah mereka tewas dalam sebuah kecelakaan. Kini Bu Anna sendirian membesarkan kedua anaknya di kota metropolitan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun