Mohon tunggu...
Erry M Subhan
Erry M Subhan Mohon Tunggu... Lainnya - Fotografer/Videografer Freelance, Kontributor untuk beberapa agensi Photo Stock

Suka jalan-jalan menyambangi daerah-daerah dan bertemu dengan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Antara Aku ,Ayah Dayna dan Tamu-tamunya

29 Desember 2024   18:15 Diperbarui: 29 Desember 2024   18:15 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laki -laki Baduy Luar menganyam tas (Sumber: dokumen pribadi)

Selepas sholat subuh dan menikmati segelas kopi yang disuguhi Pak Masrio, pemilik rumah dimana saya menginap, saya menapaki jalan menuju pasar di daerah Nangerang,Lebak. Pasar yang hanya ada di hari Minggu ini tidak jauh dari rumah pak Masrio.

Lamat-lamat terdengar suara orang dan cahaya lampu teplok. Pagi itu kabut agak menghalangi pandangan. Sehingga sulit memastikan keramaian di pasar. Di pasar ini biasanya saudara-saudara kita dari Baduy Dalam yang tinggal di desa Cibeo,Cikertawarna ataupun Cikeusik berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari.

Pasar itu sendiri menempati sebuah area di sisi kiri dan kanan jalan desa. Ujung jalan itu adalah desa Cijahe yang berbatasan langsung dengan wilayah ulayat Baduy. Jadi bisa dikatakan sebagai salah satu pintu masuk wilayah Baduy. Dari situ kita bisa sampai di desa Cikeusik dalam hitungan tak lebih dari 40 menit.

Saat saya telah berada di tengah pasar, mata saya langsung mencari satu sosok yang saya kenal dengan baik. Sudah cukup banyak warga Baduy Dalam yang datang. Saya harus cermat mengamati satu persatu orang yang ada. Keremangan pagi dan kabut membuat saya makin sulit mengenali orang-orang disana.

Hari ini rencananya saya akan berkunjung ke rumah seorang warga Baduy Dalam yang tinggal di desa Cikeusik. Ayah Dayna, begitu saya biasa memanggil sosok ramah yang pendiam itu. Ayah Dayna adalah orang Baduy Dalam pertama yang saya kenal, dan saungnya adalah tempat dimana saya saat pertama kali saya mengunjungi Baduy Dalam.

Saya ingin merasakan lagi nikmatnya sarapan dan makan siang di saung Ayah Dayna sebelum kembali ke Jakarta sore harinya.

Perlahan kabut mulai memudar seiring keremangan yang mulai berlalu. Saat itu pandangan saya menangkap sosok di kejauhan sedang berjalan tenang dalam balutan kabut tipis. Meski wajah sosok itu belum nampak jelas, saya sudah meyakini sosok itu adalah Ayah Dayna.

Taksiran saya tidak meleset, sosok itu benar adalah Ayah Dayna. Beliau agak terkejut bertemu saya. Karena tidak mengira akan bertemu di pasar. Biasanya saya langsung menuju saung atau rumah beliau.

 Segera setelah saling menanyakan kabar keluarga masing-masing kami berbelanja. Saya menitipkan sejumlah uang untuk dibelanjakan bahan makanan dan keperluan lainnya. Ikan asin, telur, mie instan, tempe dan sayuran tak lama kemudian sudah masuk kantong belanja kami. Sejurus kemudian kami segera mengayun langkah untuk kembali ke saung. Entah kenapa tiba-tiba perut jadi minta segera diisi.

Setibanya di saung, Ayah Dayna menyerahkan kantong belanja pada istrinya agar segera diolah untuk lauk sarapan pagi itu. Saya segera merebahkan diri di sudut ruangan semacam ruangan terbuka yang biasa disebut pangkeng. Ayah Dayna menyuguhkan segelas kopi, lalu kami berbincang sambil menunggu sarapan siap disantap.

Saung Ayah Dayna ada ditengah ladang yang didominasi tumbuhan semak dan pakis. Desa Cikeusik berada tak jauh jaraknya dari saung. Perkiraan saya sekira 500 meter saja. Untuk menuju desa Cikeusik kita akan melewati daerah terbuka dan menyeberangi sungai berbatu yang jernih airnya.

Sebuah sudut di desa Cisadane, Baduy Luar ( Sumber : dokumen pribadi )
Sebuah sudut di desa Cisadane, Baduy Luar ( Sumber : dokumen pribadi )

Sungai inilah yang memasok air yang dibutuhkan warga desa Cikeusik sekaligus sebagai tempat mandi dan cuci. Sungai ini tidak tercemar limbah sabun, detergent atapun pasta gigi, karena aturan adat istiadat tidak membolehkan. Aturan adat tersebut dimaksudkan agar sungai tidak tercemar limbah kimiawi sehingga aman bagi mahluk hidup dan tumbuhan.

Selepas sarapan yang sangat nikmat, ada beberapa orang pengunjung yang datang. Saya segera bergeser ke sebuah ruangan lain yang berada di bagian sayap saung. Memberi kesempatan Ayah Dayna meladeni tamu-tamunya sekalian saya memanjakan otot-otot setelah seharian kemarin beraktifitas.

Di bale-bale itu saya tidak sendiri melainkan ditemani anak laki-laki Ayah Dayna yang berusia sekitar 10 tahun. Saya biasa memanggilnya Mogli, nama aslinya saya sudah lupa. Karena kali pertama saya bertemu, penampilannya mirip sekali dengan tokoh Mowgly di film Jungle Book.

Saya tidak bisa melupakan saat pertama berjumpa dengan Mogli. Saat itu dia baru berusia 8 tahun, sedang berada di atas sebuah pohon dengan golok kecil terselip di pinggangnya. Tidak tinggi memang, hanya sekira 2 meter saja. Penampilannya yang mirip dengan sang tokoh kartun membuat saya tertawa dan seketika memanggilnya Mogli.

Momen itu begitu membekas bagi kami berdua. Saat saya bertemu Mogli beberapa tahun berselang, disebuah acara di kota Serang ,Mogli yang saat itu sudah berkeluarga menghampiri saya dan mengenalkan diri dengan nama Mogli. Saya cukup terkejut bercampur senang karena dia masih mengingat nama itu.

Kembali ke saung. Saya benar-benar menikmati suasana yang ada ditemani Mogli yang sibuk dengan kucing dan burung. Diruang utama nampak beberapa pengunjung lain, berbeda dengan yang pertama. Pagi yang sibuk buat Ayah Dayna. Saya tidak tahu persis maksud kedatangan orang-orang tersebut, dan tidak merasa perlu untuk mencari tahu.

Selepas makan siang akhirnya saya tahu tamu-tamu yang awalnya saya kira adalah orang-orang yang sedang berwisata ternyata memiliki maksud tertentu. Secara tidak sengaja saya mendengar perbincangan antara tamu-tamu dan Ayah Dayna. Jarak yang dekat dan hanya berbatas dinding bambu tentu saja membuat saya bisa mendengar apa yang mereka perbincangkan.

Tamu yang datang selepas makan siang itu adalah seorang pejabat yang minta tolong ke Ayah Dayna agar segera naik pangkat. Tamu kedua adalah guru mengaji yang minta agar dirinya disayangi murid-muridnya. Disini saya terkesiap dan seperti tidak yakin dengan apa yang saya dengar.

Tamu berikutnya adalah pedagang yang minta penglaris. Yang paling mengejutkan adalah tamu yang datang dipenghujung siang, adalah seorang wanita nakal yang juga minta penglaris agar tamunya banyak.

Saya sendiri tidak percaya dengan hal-hal demikian. Seperti saya juga tak percaya praktek-praktek seperti itu masih ada ditengah majunya gempuran teknologi. Saya jadi teringat setiap saya pulang dari kunjungan ke  Ayah Dayna, selalu ada warga yang bertanya apa yang saya dapat dari Ayah Dayna. Saya sungguh tidak mengerti arah pertanyaan itu dan biasanya akan menjawab seadanya.

Sekarang saya paham kenapa orang-orang selalu bertanya tentang apa yang saya dapat dari Ayah Dayna. Sekaligus saya jadi lebih mengenal siapa sosok pria paruh baya ini sebenarnya. Ternyata dibalik pembawaannya yang tenang dan tak banyak bicara beliau adalah tokoh yang dianggap " orang pintar".

Hari itu sepertinya hari yang sangat sibuk untuk Ayah Dayna. Tamu seperti tak putus-putusnya datang dan pergi. Tak hendak mengganggu urusan Ayah Dayna dengan tamu-tamunya, saya pamit untuk pulang. Kebetulan hari juga sudah beranjak sore.

Menapaki jalan setapak dengan perdu pohon pakis di kanan kiri, berulang kali saya menganguk angguk sendiri. Terbayang sudah akan ada pertanyaan saat saya tiba di desa nanti. Entah apa yang menjadi jawabannya nanti. Setidaknya saya sudah tahu ke arah mana pertanyaan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun