Saung Ayah Dayna ada ditengah ladang yang didominasi tumbuhan semak dan pakis. Desa Cikeusik berada tak jauh jaraknya dari saung. Perkiraan saya sekira 500 meter saja. Untuk menuju desa Cikeusik kita akan melewati daerah terbuka dan menyeberangi sungai berbatu yang jernih airnya.
Sungai inilah yang memasok air yang dibutuhkan warga desa Cikeusik sekaligus sebagai tempat mandi dan cuci. Sungai ini tidak tercemar limbah sabun, detergent atapun pasta gigi, karena aturan adat istiadat tidak membolehkan. Aturan adat tersebut dimaksudkan agar sungai tidak tercemar limbah kimiawi sehingga aman bagi mahluk hidup dan tumbuhan.
Selepas sarapan yang sangat nikmat, ada beberapa orang pengunjung yang datang. Saya segera bergeser ke sebuah ruangan lain yang berada di bagian sayap saung. Memberi kesempatan Ayah Dayna meladeni tamu-tamunya sekalian saya memanjakan otot-otot setelah seharian kemarin beraktifitas.
Di bale-bale itu saya tidak sendiri melainkan ditemani anak laki-laki Ayah Dayna yang berusia sekitar 10 tahun. Saya biasa memanggilnya Mogli, nama aslinya saya sudah lupa. Karena kali pertama saya bertemu, penampilannya mirip sekali dengan tokoh Mowgly di film Jungle Book.
Saya tidak bisa melupakan saat pertama berjumpa dengan Mogli. Saat itu dia baru berusia 8 tahun, sedang berada di atas sebuah pohon dengan golok kecil terselip di pinggangnya. Tidak tinggi memang, hanya sekira 2 meter saja. Penampilannya yang mirip dengan sang tokoh kartun membuat saya tertawa dan seketika memanggilnya Mogli.
Momen itu begitu membekas bagi kami berdua. Saat saya bertemu Mogli beberapa tahun berselang, disebuah acara di kota Serang ,Mogli yang saat itu sudah berkeluarga menghampiri saya dan mengenalkan diri dengan nama Mogli. Saya cukup terkejut bercampur senang karena dia masih mengingat nama itu.
Kembali ke saung. Saya benar-benar menikmati suasana yang ada ditemani Mogli yang sibuk dengan kucing dan burung. Diruang utama nampak beberapa pengunjung lain, berbeda dengan yang pertama. Pagi yang sibuk buat Ayah Dayna. Saya tidak tahu persis maksud kedatangan orang-orang tersebut, dan tidak merasa perlu untuk mencari tahu.
Selepas makan siang akhirnya saya tahu tamu-tamu yang awalnya saya kira adalah orang-orang yang sedang berwisata ternyata memiliki maksud tertentu. Secara tidak sengaja saya mendengar perbincangan antara tamu-tamu dan Ayah Dayna. Jarak yang dekat dan hanya berbatas dinding bambu tentu saja membuat saya bisa mendengar apa yang mereka perbincangkan.
Tamu yang datang selepas makan siang itu adalah seorang pejabat yang minta tolong ke Ayah Dayna agar segera naik pangkat. Tamu kedua adalah guru mengaji yang minta agar dirinya disayangi murid-muridnya. Disini saya terkesiap dan seperti tidak yakin dengan apa yang saya dengar.
Tamu berikutnya adalah pedagang yang minta penglaris. Yang paling mengejutkan adalah tamu yang datang dipenghujung siang, adalah seorang wanita nakal yang juga minta penglaris agar tamunya banyak.