Saya sendiri tidak percaya dengan hal-hal demikian. Seperti saya juga tak percaya praktek-praktek seperti itu masih ada ditengah majunya gempuran teknologi. Saya jadi teringat setiap saya pulang dari kunjungan ke  Ayah Dayna, selalu ada warga yang bertanya apa yang saya dapat dari Ayah Dayna. Saya sungguh tidak mengerti arah pertanyaan itu dan biasanya akan menjawab seadanya.
Sekarang saya paham kenapa orang-orang selalu bertanya tentang apa yang saya dapat dari Ayah Dayna. Sekaligus saya jadi lebih mengenal siapa sosok pria paruh baya ini sebenarnya. Ternyata dibalik pembawaannya yang tenang dan tak banyak bicara beliau adalah tokoh yang dianggap " orang pintar".
Hari itu sepertinya hari yang sangat sibuk untuk Ayah Dayna. Tamu seperti tak putus-putusnya datang dan pergi. Tak hendak mengganggu urusan Ayah Dayna dengan tamu-tamunya, saya pamit untuk pulang. Kebetulan hari juga sudah beranjak sore.
Menapaki jalan setapak dengan perdu pohon pakis di kanan kiri, berulang kali saya menganguk angguk sendiri. Terbayang sudah akan ada pertanyaan saat saya tiba di desa nanti. Entah apa yang menjadi jawabannya nanti. Setidaknya saya sudah tahu ke arah mana pertanyaan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H