Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan-Perempuan yang Memegang Gelas

25 Maret 2024   15:53 Diperbarui: 26 Maret 2024   01:35 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: https://www.kibrispdr.org - Diedit) 

Tulisanku viral dan mendapatkan cukup banyak respon. Muncul beragam komentar dari segala usia. Wajar. Hampir semua tangan sudah memegang kemewahan teknologi digital di era pascamodern ini. Keingintahuan mudah terjawab. 

Aku terkesan. Apresiasi yang timbul umumnya tentang alinea terakhir tulisanku. Selain menghadapi permasalahan gelas, ada sisi positif dari kehidupan masyarakat di kabupaten itu. Warga bisa menjaga mulut mereka, sehingga masalah yang turun-menurun itu terkunci hanya sebatas bagian dalam dinding-dinding kabupaten.

Warga belajar untuk lebih ikhlas dalam menerima peristiwa kehidupan dan untuk memberi dukungan kepada anggota keluarga atau kerabat yang memegang gelas. Semua berharap, kutukan segera berakhir. Jika saja ada sensus beban batin di kabupaten itu, pikirku, mungkin kurva kecenderungan insiden telah melandai dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Kita harus bersumpah untuk tidak menyakiti orang lain, apalagi orang baik, orang suci, orang sakti, atau apalah yang semacamnya," tukas rekan di meja sebelahku, setelah memberikan apresiasi terhadap karyaku. Dia langsung mengucapkan sumpahnya, lalu mengangkat dagunya dan melihat ke sekelilingnya seakan meminta orang lain mengikuti tindakannya.

Aku sendiri lega dengan semua apresiasi yang muncul. Tapi, segera aku terkesima, menangkap kedap-kedip perubahan warna hasil citra satelit pada salah satu layar dari tiga komputerku. Komputer yang satu ini sengaja kukhususkan untuk mencitra wilayah sekitar kantor.

"Itu di sini.  Di kantor ini. Kenapa jadi ikut  berubah-ubah  warnanya?" pikirku.

Kutolehkan kepala ke sekitar. Kujumpai wajah-wajah heran dan ketakutan. Beberapa rekan tiba-tiba memegang gelas. Ada yang hijau, kuning, atau merah. Model gelasnya sama. Gelas belimbing.

Satu jam kemudian, sejumlah rekan terjatuh. Tewas. Perempuan dan laki-laki berimbang jumlahnya. Dari pengurus dapur sampai pemimpin perusahaan. 

"Misterius: Ratusan Tewas Gegara Gelas" mengisi halaman suratkabar digital dan langsung viral, menandai insiden di dua kabupaten yang mengapit kantorku: Kabupaten Sombong dan Kabupaten Kuat Puji.  ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun