Resonansi pergumulan berbicara dari usia kedua perempuan itu, dari lansia lainnya, bahkan semua manusia. Meskipun terang-kelamnya mungkin tidak terlihat, pun tidak diungkapkan. Tidak ada kehidupan tanpa suka, tanpa duka, tanpa luka. Semua silih berganti tiba. Usia tidak pernah berdusta. Hari ini, usia kembali ke titik nol. Menjadi lembaran baru yang kosong. Torehan di atasnya tergantung pada Lia, Ratna, dan lainnya, seberapa banyak dan seberapa dalam anutan dari Getsemani dibolehkan menghiasinya.
Lia dan Ratna menyandarkan harapan mereka kepada Tuhan, Sahabat yang telah memberikan teladan bahwa sekalipun berkuasa Dia tidak berpaling dari misi menanggung dosa manusia. Seperti kata pendeta, pahit-manis kehidupan harus diterima, dengan mencari kemenangan melalui doa.
Firman Tuhan mengatakan, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: Â roh memang penurut, tetapi daging lemah." Â
Lia pulang dengan kepenuhan sukacita. Semoga bisa, kata Lia berulangkali dalam hati. Doa dan harapan yang sama untuk anak-anak dan semua keturunannya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H