Kenal Brad Pittt? Steve Wozniak?Â
Ya. Brad Pitt adalah bintang film ganteng Amerika, peraih Oscar. Woznak? Dia adalah tokoh penting dalam perkembangan teknologi komputer, khususnya sebagai salah satu pendiri Apple.
Nah, apa persamaan antara Brad Pitt dengan Wozniak?
Keduanya figur publik, benar. Lebih spesifik dan relatif kalah sorot adalah bahwa mereka sama-sama menyandang prosopagnosia, yakni ketidakmampuan untuk mengenali wajah, termasuk wajah yang sehari-hari akrab dengan mereka seperti isteri, ayah, anak, teman sekerja.Â
Sering disebut sebagai "kebutaan wajah" atau "face blindness", prosopagnosia berasal dari bahasa Yunani prosopon (yang berarti face atau wajah) dan agnosia (yang berarti unknow atau tidak tahu atau tidak mengenali). Prosopagnosia berbeda dengan lupa nama (yang bisa terjadi pada semua orang), melainkan kondisi di mana penyandangnya tidak bisa menggunakan wajah seseorang untuk menentukan identitasnya.
Di luar Brad Pitt dan Woznak, masih ada lagi sederetan nama figur publik yang mengalami hal yang sama, antara lain Chuck Close, Jane Goodall, Karl Kruszelnicki, Oliver Sacks, dan Stephen Fry. Chuck Close adalah pelukis, seniman visual, dan fotografer terkenal Amerika. Jane Goodall adalah ahli primatologi sekaligus antropolog terkenal.Â
Karl Kruszelnicki adalah pembicara terkenal dengan gelar segudang (termasuk ahli Fisika dan Matematika, Teknik Biomedis, kedokteran bedah), pembuat film, montir mobil, dan sebagainya. Oliver Sacks adalah pakar neurologi terkenal dan penulis buku-buku terlaris (termasuk "Awakenings" yang diangkat menjadi film nominasi Oscar dengan judul yang sama). Stephen Fry adalah aktor dan komedian asal Inggris.Â
Berikut ini penjelasan tentang mereka. Mari kita mulai dengan Brad Pitt.
Brad Pitt
Sebuah berita mengejutkan datang dari aktor terkenal peraih Oscar, Brad Pitt pada 22 Juni 2022, ketika majalah GQ memuat tentang cerita dan pengakuannya. Kepada GQ, Pitt menyatakan dirinya kemungkinan mengidap prosopagnosia.
GQ adalah majalah pria bulanan internasional yang bermarkas di New York City dan didirikan pada 1931, sebagai kependekan dari Gentlemen's Quarterly.
Sontak, berita itu meluas dan banyak dibahas. Tidak hanya di luar negeri, tetapi juga di Tanah Air. Mungkin sebagian kita ingat ketika bulan Juli 2022, begitu ramai media massa kita membahas seputar prosopagnosia.
Menurut GQ, sebenarnya itu bukan pertama kali Brad Pitt mengakui kondisinya. Brad Pitt sudah sering membicarakan bahwa dia mengalami keanehan yang serius dalam kehidupan sosialnya, terutama di pesta. Dia harus berjuang untuk untuk mengingat orang baru, untuk mengenali wajah mereka, dan dia khawatir hal itu akan menimbulkan kesan kurang baik mengenai dirinya. Bahwa, dia seorang yang penyendiri, tidak mau berbaur, egois. Tapi sebenarnya, dia ingin mengingat orang yang dia temui dan dia malu karena tidak bisa.
"Dia tidak pernah didiagnosis secara resmi tetapi mengira dia mungkin menderita kondisi tertentu: prosopagnosia, ketidakmampuan untuk mengenali wajah orang yang dikenal sebagai kebutaan wajah," kata GQ.
Ketika Ottessa Moshfegh (pewawancara dari GQ) memberitahunya bahwa suaminya juga tampaknya menderita hal yang sama, Brad Pitt langsung berubah.
"Tidak ada yang percaya padaku!" tangis Brad Pitt seperti diceritakan oleh Moshfegh. "Saya ingin bertemu yang lain."
Dari hasil pelacakan terungkap, Brad Pitt sudah membuat pengakuan publik bahwa dirinya mengidap "face blindness" pada akhir Januari 2022, seperti diberitakan oleh Lauren Russel dari Express.co.uk. Dia juga waktu itu menyatakan bersedia menjalani pemeriksaan. Bahkan jauh sebelum itu, dalam sebuah wawancara dengan majalah Esquire pada 2013, Brad Pitt jujur mengaku sedang berjuang mengatasi pendapat banyak orang bahwa dirinya "tidak menghormati mereka", karena dia tidak bisa mengingat wajah mereka. "Begitu banyak orang membenci saya karena mereka pikir saya tidak menghargai mereka."
Kondisinya makin parah, sampai-sampai dia lebih suka di rumah. Sejak 2016, kondisi itu diakui oleh National Health Service (NHS) yang kemudian melakukan pelacakan untuk mengetahui seberapa banyak orang yang mengalaminya.
Chuck Close
Chuck Close atau lengkapnya Charles Thomas Close adalah seorang pelukis, seniman visual, dan fotografer Amerika yang membuat fotorealis skala besar dan potret abstrak dirinya dan orang lain. Menurut Wikipedia, Close mengadaptasi gaya melukis dan metode kerjanya pada 1988, setelah lumpuh akibat oklusi arteri tulang belakang anterior.
Close didiagnosis menderita demensia frontotemporal pada 2015 dan wafat pada 19 Agustus 2021, pada usia 81 tahun akibat kegagalan jantung.
Close mendapati "kejanggalan" (yang mengarah pada prosopagnosia) dalam dirinya sejak taman kanak-kanak. Dia tidak dapat mengenali wajah.Â
"Bahkan pada akhir tahun saya tidak mengenali siapa pun di kelas saya," kata Close yang juga pernah gagal mengenali seorang wanita yang telah tinggal bersamanya selama setahun, seperti dimuat dalam media Tampa Bay edisi 23 Januari 2013.
Dalam penjelasannya di depan para neurolog Society for Neuroscience di New Orleans pada 2012, Close mengatakan, "Begitu saya mengubah wajah menjadi objek dua dimensi, saya dapat mengingatnya. Saya memiliki memori fotografis untuk hal-hal yang dua dimensi."
Close memberi judul presentasinya itu sebagai "My Life as a Rolling Neurological Clinic", dan menceritakan betapa kondisinya itu justru telah membantunya menjadi salah satu artis paling sukses di generasinya. "Segala sesuatu tentang pekerjaan saya didorong oleh kecacatan saya."
Karena tidak bisa bermain bola akibat tidak mampu mengingat wajah, Close menjaga relasi dengan teman-temannya dengan melakukan trik sulap dan menggambar. Dalam suatu acara di sekolah, dia menghibur penonton saat istirahat dengan menggambar karikatur para guru.
Menurut Tampa Bay, Close juga divonis mengidap disleksia parah (istilah yang kemudian baru dikenalnya setelah dia mempunyai anak). Close bisa membaca, tetapi dia tidak bisa mengingat apapun yang dia baca. Dia memiliki ingatan yang sangat baik untuk apa pun yang dia dengar. Kelebihannya itulah yang digunakannya untuk belajar dan menghadapi ujian. Close mematikan lampu kecuali satu lampu yang menyinari buku, lalu dia akan membaca setiap baris lima kali dengan suara keras sehingga dapat mendengarnya. Dengan begitu, dia bisa mengingat cukup lama, untuk menghadapi ujian.
"Saya tidak belajar dari membaca; saya belajar dengan telinga," kata Close.
Gurunya mengatakan dia tidak mungkin bisa kuliah. Nyatanya, dia bisa masuk University of Washington, belajar seni di sana, dan lulus dengan predikat magna cum laude pada 1962
Jane Goodall
Dalam otobiografinya yang ditulis bersama Phillip L Berman, Jane Goodall pada 1999 mengakui salah satu alasan yang membuatnya kurang senang bertemu orang. Yaitu, dia mengalami kondisi neurologis yang memalukan dan aneh yang disebut prosopagnosia. Goodall semula mengira itu karena kemalasan mental. Dia berusaha mati-matian untuk mengingat wajah orang yang ditemuinya. Goodall mengakui tidak bermasalah untuk mengenali orang-orang yang mempunyai ciri fisik yang jelas, seperti struktur tulang yang tidak biasa, hidung bengkok, kecantikan ekstrem atau sebaliknya.
"Tapi dengan wajah lain saya gagal total. Kadang-kadang saya tahu bahwa orang-orang marah ketika saya tidak segera mengenali mereka - tentu saja. Dan karena saya malu, saya menyimpannya untuk diri saya sendiri," kata Goodall dalam otobiografinya yang berjudul "Reason for Hope: A Spiritual Journey".
Goodall kemudian bertemu seorang teman yang mengaku mengalami hal yang sama. Semula Goodall tidak percaya, tapi kemudian dia menemukan bahwa saudara perempuannya juga sama kondisinya seperti dia. Goodall kemudian bersurat kepada neurolog terkenal Dr. Oliver Sacks.
Ternyata Sacks bukan hanya sudah pernah mendengarnya, tetapi mengalaminya dengan kondisi lebih ekstrem dibandingkan Goodall. "Dia mengirimi saya makalah, berjudul 'Developmental memory impairment: faces and patterns' yang ditulis oleh Christine Temple."
Sejak itu Goodall mengetahui bahwa dirinya tidak perlu merasa bersalah, meskipun masih sulit untuk mengetahui bagaimana mengatasinya. Goodall merasa tidak enak dan malu karena orang mungkin berpikiran dia tidak peduli dengan mereka. Goodall takut mereka terluka. Jadi, untuk mengatasinya sebaik mungkin, biasanya Goodall berpura-pura mengenali semua orang. Setidaknya untuk tidak menimbulkan kecanggungan.
Oliver Sacks
Pada 23 Agustus 2010, New Yorker memuat penjelasan panjang lebar dari Oliver Sacks, guru besar neurologi dan psikiatri pada Columbia University sekaligus penulis buku-buku terlaris mengenai otak, mengenai prosopagnosia yang disandangnya. Tulisan itu berjudul "Face-Blind: Why are some of us terrible at recognizing faces?".
Sacks mengetahui bahwa dirinya sangat buruk dalam mengenali wajah. Dia baru sadar bahwa ada sesuatu yang berbeda dari variasi normal dalam garis keturunannya, setelah dia mengunjungi abangnya di Australia (yang sudah jarang dia temui selama lebih dari tiga dekade) dan ternyata abangnya itu mengalami kondisi yang sama.
"Kami berdua memiliki sifat khusus, yang disebut prosopagnosia, mungkin dengan dasar genetik yang khas," kata Sacks, yang sudah merasakan kejanggalan itu sejak remaja dan itu menjadi penyebab rasa malunya.
Sacks mengaku sulit mengenali teman sekolahnya. Itu menyebabkan kebingungan, dan kadang ketersinggungan. Tidak terpikir oleh mereka bahwa Sacks memiliki masalah persepsi. Sacks mengatakan dirinya biasanya mengenali teman dekat tanpa banyak kesulitan, terutama dua sahabatnya, Eric Korn dan Jonathan Miller.Â
Itu karena dia mengidentifikasi ciri-ciri tertentu: Eric memiliki alis tebal dan kacamata tebal, dan Jonathan tinggi dan kurus, dengan rambut merah. Jonathan adalah pengamat tajam untuk urusan postur, gerak tubuh, dan ekspresi wajah. Satu dekade kemudian, ketika mereka melihat foto-foto sekolah lama, Jonathan masih mengenali ratusan teman sekolah mereka, sementara Sacks tidak dapat mengidentifikasi satu pun.
Bukan hanya wajah, kata Sacks dalam New Yorker. Sewaktu dia berjalan kaki atau bersepeda, dia harus mengikuti rute yang persis sama supaya tidak tersesat. Pada usia 77 tahun, kondisinya makin parah. Dia bisa tidak mengenali lagi wajah orang-orang, meskipun telah bersama mereka lima menit sebelumnya. Itu terjadi pagi hari setelah janji temu dengan psikiaternya. Dia bertemu dengan seorang pria berpakaian sopan, yang menyapanya di lobi. Sacks bingung mengapa orang itu mengenalnya, sampai akhirnya dia tahu bahwa itu adalah psikiaternya setelah penjaga pintu menyapa orang itu dengan memanggil namanya.
Karl KruszelnickiÂ
Karl Kruszelnicki adalah pembicara yang sangat fantastis. BBC Entertainment menyebutnya sebagai "orang dengan misi menyebarkan kabar baik tentang sains dan manfaatnya". "Antusiasmenya terhadap sains benar-benar menular dan tidak ada yang lebih mampu menyampaikan kegembiraan dan keajaibannya selain Dr. Karl Kruszelnicki."
Daily Mail pada 30 Oktober 2016 menuliskan, untuk mengatasi keterbatasannya dalam mengenali orang lain, Karl membawa map ke mana-mana di kantornya, supaya dia bisa mengetahui dengan siapa dia sedang berbicara. Map itu berisi nama orang di kantornya dan di mana dia duduk. Dia tidak mengetahui siapa rekan-rekan kerjanya, meskipun ada yang sudah bertahun-tahun bekerja dengannya.
Karl pernah merasa berbuat ceroboh pada konferensi tiga hari tentang penulisan komedi. "Ada pria yang saya pikir saya kenal, mungkin. Pada hari ketiga saya berkata kepadanya, 'lihat apakah saya mengenal Anda? Saya Karl'," katanya.
Orang itu menjawab, "Hai Karl, saya Damien. Saya baru saja selesai bekerja dengan Anda selama enam bulan di seri kedua acara TV Sleek Geeks. Kita bertemu enam hari seminggu."
Karl dicintai sebagai ikon nasional oleh para pecinta sains di seluruh Australia. Namun, tulis Daily Mail, Karl hidup dalam ketakutan. Takut membuat marah banyak orang yang ditemuinya karena tidak mengetahui siapa mereka.
Dalam Sunday Night edisi 30 oktober 2016 terungkap, ketika dites Karl bahkan tidak bisa mengenali wajah orang terkenal seperti Marilyn Monroe.Â
Stephen Fry
Pada suatu acara bertajuk "Who Are You Again?" tahun 2016, Stephen Fry diwawancarai oleh Mary Ann Sieghart (jurnalis muda yang juga penyandang prosopagnosia). Stephen Fry mengaku dia tidak bisa mengenali kerabatnya sendiri di jalan.
Stephen Fry merupakan contoh ekstrem bagaimana sebuah kondisi tidak normal bisa membuat penyandangnya benar-benar menderita, depresi, bahkan berniat bunuh diri. Fry memang dilaporkan beberapa kali mencoba bunuh diri akibat masalah dalam kehidupannya, terutama masalah kesehatan dan kejiwaannya.
Menurut Wikipedia, Fry menderita siklotimia (gangguan bipolar, tipe ringan) dan sejak 2012 Â mulai minum obat untuk pertama kalinya, dalam upaya untuk mengontrol kondisinya. Dia pernah mencoba bunuh diri tahun saat syuting di luar negeri, dengan meminum banyak pil dicampur vodka, namun dia selamat dan akhirnya dibawa kembali ke Inggris untuk dirawat.
Pada Januari 2008, Fry mengalami patah lengan saat syuting Last Chance to See di Brazil. Dia juga mengaku alergi sampanye dan sengatan lebah. Pada 2018 dia menyatakan pulih dari operasi pengangkatan (kanker) prostat dan pengangkatan 11 kelenjar getah bening dalam waktu yang berdekatan.
Dia pernah dikecam karena kata-katanya dinilai menista agama. Sebagaimana diberitakan oleh BBCÂ pada 7 Mei 2017, Kepolisian di Republik Irlandia menyelidiki kasus untuk memastikan apakah Fry dapat dijerat pasal pidana berdasarkan Undang-undang penistaan atau tidak.Â
Dalam sebuah acara hiburan di stasiun televisi RTE dua tahun sebelumnya, Fry melontarkan pertanyaan mengapa dia harus "menghormati tuhan yang berubah-ubah, bodoh, berpikiran jahat, dan menciptakan dunia... penuh ketidakadilan."
Steve Wozniak
Steve Wozniak dikenal sebagai salah satu pendiri Apple yang secara luas dianggap sebagai salah satu pemikir paling berpengaruh dalam teknologi modern. Wozniak (dikenal sebagai "Woz") merancang Apple II yang sangat sukses, salah satu batu fondasi komputasi personal modern, dan mendirikan Apple Computers bersama Steve Jobs pada 1976.
Dalam wawancara tahun 2017 dengan The Carousel, dia mengaku menderita prosopagnosia. "Rambut aneh, pakaian tertentu, suara yang bisa saya kenali," katanya. "Banyak orang memiliki ini tetapi Anda tidak pernah tahu karena tidak pernah tahu kecuali itu muncul sebagai hal yang luar biasa."
Dalam wawancara eksklusif dengan Women Love Tech, setelah dia berbicara pada Pivot Summit ketiga di Geelong pada pekan sebelumnya, Wozniak mengakui bahwa dia menderita prosopagnosia. Dia tidak dapat mengingat wajah.
"Jika saya melihat Anda besok, saya tidak akan tahu saya pernah melihat Anda sebelumnya, kecuali jika Anda memiliki rambut yang aneh, pakaian tertentu, suara yang bisa saya kenali," ucap Wozniak kepada Robyn Foyster, pemilik dan editor Women Love Tech, Game Changers, dan The Carousel. Robyn juga seorang jurnalis berprestasi yang mantan Pemimpin Redaksi The Australian Women's Weekly dan Penerbit Hearst Group di Australia, yang bertanggung jawab atas majalah Harper's BAZAAR, Cosmopolitan, dan Madison.
Wozniak menceritakan bahwa dia pernah mengalami kecelakaan udara. Jika mengenal orang sebelum kecelakaan pesawat, kata Wozniak, dia dapat melihat mereka 40 tahun kemudian dan dia langsung tahu siapa mereka. Sayangnya, Wozniak tidak bisa membentuk memori baru.
Wozniak adalah ahli matematika, ber-IQ lebih dari 200 ketika dia masih sangat muda. Orangtuanya banyak memberikan kebebasan dan dukungan bagi Wozniak untuk mencoba sesuatu dan bereksperimen. Proyek sains adalah hal besar dalam hidup Wozniak, yang sudah banyak mengetahui hal-hal tentang komputer ketika berusia sepuluh tahun.
Masih Banyak Lagi
Prosopagnosia menyebabkan seseorang tidak memiliki kemampuan untuk mengenali wajah-wajah yang akrab dalam kehidupannya sekalipun. Ini mirip seperti seseorang yang normal diminta mengidentifikasikan seseorang dari foto wajahnya yang terbalik. Sulit. Namun, ketika gambar diputar, ingatan akan muncul.
Prevalensi prosopagnosia dilaporkan 1:50 yang artinya da satu kasus dari setiap 50 orang. Artinya, dia bisa ada di mana saja, tanpa memandang status sosial ekonomi seseorang. Mengenai prevalensi ini, ada sumber yang menyatakan berbeda. Ada yang memperkirakan angkanya berkisar 2-2,5% atau 1:40-50, ada yang menduga lebih rendah dari itu, yakni 1,15% atau 1:87-100. Perbedaan ini terjadi karena adanya ketidaksamaan dalam cara mendiagnosisnya.
Di jajaran figur publik, selain ketujuh nama di atas, masih ada nama lainnya, seperti Victoria (Putri Swedia), Lucy Barnard (warga Australia yang bertekad menjadi wanita pertama yang menjelajahi panjang Bumi dengan berjalan kaki), Carol Kennedy, dan Mary Ann Sieghart.
Kelainan ini mempengaruhi kehidupan penyandangnya dengan berbagai cara, termasuk dalam relasi dan interaksi sosial. Tidak jarang, prosopagnosia menimbulkan depresi bagi penderitanya.
Ada yang tidak dapat mengenali wajah yang dikenalnya, bahkan anggota keluarga mereka sendiri. Ada juga, kata National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) seperti dimuat dalam CBS News pada 7 juli 2022, yang tidak dapat membedakan antara wajah-wajah yang berbeda dari objek.
Penyebab prosopagnosia bisa karena keturunan, bisa juga karena stroke, cedera otak traumatis, atau penyakit neurodegeneratif tertentu. Tentang faktor genetik, ada kemungkinan bahwa kelainan itu merupakan hasil mutasi atau penghapusan genetik. Menurut NINDS, beberapa anak autis juga dapat mengalami prosopagnosia. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H