“Lagipula…”lanjutnya. “lagipula apa?”, tanyaku ingin tahu. “Lagipula cerita ini mungkin takkan membuat Arti datang kesini. Harusnya aku percaya dari dulu Adam cuma diajari menamai biar aku bisa mengakui manusia terlampau banyak menghasilkan nama; tuhan, surga, dan bisa jadi; Arti!” jelasnya.
“Lalu?” tanyaku lagi. “Cerita ini harus kusudahi atau kalau tidak, aku akan dijebak” yakinnya. “Ah sudahlah, malam sudah terlalu tua. Tidakkah kau lelah?” tanyaku. Dia hanya diam…. “Kenapa kau diam?” tanyaku. Kegilaan mungkin memang menyimpan banyak kerahasiaan hingga memaksanya untuk diam. Agak lama, hingga…
“Aku bicara dengan arti. Bicara tanpa kata, berbincang dalam diam”, katanya tiba-tiba. “Ah sudahlah, aku mau pergi. Ternyata kau benar-benar gila. Selamat menunggu Arti-mu kalau begitu”kataku sambil berdiri dari dudukku lalu berjalan menjauhinya.
“Ya aku akan menunggu atau tidak sama sekali. Tapi sebelumnya aku ingin berterima kasih padamu” katanya agak keras. Aku menghentikan langkahku yang baru kali kelima. Saat kubalikkan wajahku padanya aku melihat senyumnya, tersungging meski hanya sedikit saja. “Terima kasih? Untuk apa?”tanyaku. “Terima kasih untuk menjadi bagian ceirtaku malam ini. Terima kasih karena perbincangan kita terlalu berarti untuk menjadi cerita ini!” katanya.
Aku bingung tak mengerti…
“Ah kau memang seperti kata orang; gila. Ngomong-ngomong, apa yang kau bicarakan tadi?” tanyaku lagi. “Yang mana?”. “Saat dengan arti kau bicara tanpa kata?”
“Oh. Aku berkata padanya; maafkan aku menunda menemuimu karena aku ingin kau yang datang padaku. Maafkan aku tak bisa menerimamu sebagai Arti jika pengakuan itu datang dariku; itu aku dan bukan dirimu. Maafkan aku menyudahi cerita ini, karena cerita ini tak pernah menghadirkan dirimu. Maafkan aku yang terlalu keparat memaksa dan sudah saatnya memaksa, jika kau benar ada dan tak mau kubilang kau sudah mati, datanglah sendiri setelah kalimat ini…”
*)26 Jan 05; Bagian diary saya -sempet muncul, ilang kemudian, taunya jadi draft...:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H