Tanggung jawab moral senior di kantor, emang ada? Menurut saya ada, entah saya sendiri yang berfikir begitu ataukah memang seharusnya begitu. Ah tak penting untuk saya pertanyakan juga. Nanti balik lagi jadi ke kalimat "tergantung orangnya ya".
Namun saya agak tergelitik menuliskan hal ini, karena melihat banyak fenomena senioritas di dunia kerja yang menurut saya kadang tidak pada tempatnya. Tidak ada yang salah dengan menghormati senior, atau mereka yang sudah lebih lama duduk di situ. Tapi akan salah juga menurut saya apabila seorang yang lebih lama justru tidak membagi apa-apa dengan junior nya.
Saya tidak sedang membicarakan perihal berbagi materi ya, namun lebih kepada sebuah tanggung jawab moral bagaimana kita berbagi ilmu. Atau dalam lingkup kantor saya saat ini yang disebut dengan "corporate university". Sebuah transfer knowledge antara sesama pegawai yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi secara mandiri.
Maklum, kalau ingin sepenuhnya mengandalkan dana pemerintah rasanya masih jauh dari harapan, pegawai negeri akan meningkat kompetensinya hanya dengan cuap-cuap alias berbagi pengetahuan materi. Skip saja, semoga ke depan lebih baik.
Balik lagi soal tanggung jawab moral senior tadi, yang memang notabene tidak ada dalam aturan tertulis. Namun bagi saya pribadi ada banyak faktor yang membuat kita atau mereka yang senior ini harus mulai berfikir tentang transfer knowledge ini.Â
Pentingnya Transfer Knowledge di Kantor
Transfer knowledge dalam dunia kerja (kantor), terutama dari senior ke junior, memiliki peran penting untuk mendukung kelangsungan, produktivitas, dan inovasi organisasi. Berikut adalah alasan utama mengapa transfer knowledge ini penting antara lain:
1. Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas perusahaan dimana :
- Junior dapat mempelajari cara kerja yang lebih efektif berdasarkan pengalaman seniornya.
- Mengurangi kesalahan berulang karena junior sudah belajar dari seniornya dan memahami apa yang perlu dihindari.
- Percepatan adaptasi dalam memahami proses kerja.
2. Memastikan Keberlanjutan Organisasi dimanaÂ
- Pengetahuan tacit (tidak terdokumentasi) yang dimiliki senior akan hilang jika tidak ditransfer sebelum mereka pensiun atau berpindah kerja.
- Hal ini juga Menjamin bahwa kompetensi kunci tetap ada di organisasi meskipun terjadi pergantian karyawan.
3. Mengurangi Learning Curve Junior dimana
- Junior yang mendapatkan bimbingan langsung dari senior cenderung lebih cepat memahami tugasnya daripada belajar sendiri dari awal.
- Proses pembelajaran yang lebih singkat memungkinkan junior untuk memberikan kontribusi lebih cepat terhadap perusahaan.
4. Menciptakan Kolaborasi yang Baik antar karyawan dimanaÂ
- Proses transfer knowledge mempererat hubungan antar-karyawan sehingga adaptasi lebih baik.
- Memupuk budaya berbagi dan kolaborasi di tempat kerja demi tujuan perusahaan.
5. Mendorong Inovasi dimana dalam konteks ini
- Dengan memahami dasar-dasar dari senior, junior bisa mengembangkan ide-ide baru berdasarkan fondasi yang sudah ada.
- Penggabungan pengalaman senior dengan perspektif baru dari junior bisa menciptakan solusi inovatif bagi kinerja perusahaan.
6. Pengembangan Individu dan Karir
- Junior mendapatkan panduan karir dan wawasan tentang bagaimana menghadapi tantangan profesional.
- Senior juga mengembangkan keterampilan mentoring dan leadership dengan lebih baik
7. Mendukung Budaya Pembelajaran yang lebih efektif
- Transfer knowledge membentuk lingkungan kerja yang berbasis pembelajaran, di mana karyawan terdorong untuk berbagi pengetahuan dan belajar dari satu sama lain secara sehat
Cara Efektif Melakukan Transfer Knowledge
Nah lalu bagaimana nih gambaran cara efektif untuk melakukan transfer knowledge antara senior ke junior ini? Nah beriku beberapa cara yang bisa dicoba antara lain :
- Mentoring dan Coaching: Membuat program bimbingan kerja antara senior dan junior.
- Dokumentasi Pengetahuan: Mencatat prosedur, pengalaman, dan tips penting untuk digunakan di masa depan.
- On-the-Job Training: Melibatkan junior langsung dalam proyek untuk belajar dari pengalaman nyata.
- Diskusi dan Workshop: Membuat forum berbagi pengalaman antara karyawan.
- Penggunaan Teknologi: Memanfaatkan platform digital untuk berbagi dan menyimpan informasi.
Namun tak sesimple itu juga, masalahnya ego personal sering kali menjadi hambatan dalam transfer knowledge dan tanggung jawab moral senior di kantor.Â
Ego ini bisa muncul karena berbagai alasan, seperti merasa terancam dengan junior yang berpotensi lebih unggul, keengganan berbagi pengetahuan, atau anggapan bahwa junior harus belajar sendiri seperti yang pernah mereka alami. Lalu bagaimana kira-kira solusinya?
Pendekatan Untuk Mengatasi Ego Senioritas
Berikut adalah pendekatan untuk mengatasi ego senioritas dalam menjalankan tanggung jawab moral terhadap junior antara lain :
1. Memahami Makna Tanggung Jawab Moral
Sebagai Pemimpin tentunya Senior diharapkan mampu menjadi panutan bagi junior dalam bekerja dan berperilaku profesional. Tak hanya itu, sebagai Penjaga Keberlanjutan dimana Keberhasilan organisasi bergantung pada kelanjutan keahlian, yang dapat dicapai melalui transfer pengetahuan.
Sebagai Pelaku Perubahan tentu saja dengan berbagi, senior turut menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan kolaboratif.
2. Mengidentifikasi Sumber Ego
Sejunlah sumber ego justru biasanya muncul dari Ketakutan Kehilangan Posisi. Beberapa senior khawatir junior yang berkembang akan menggeser posisi mereka.Â
Solusinya, perusahaan bisa memberikan Dorongan mindset bahwa membimbing junior adalah bagian dari legacy mereka. Meskipun tak jarang ada senior yang merasa tidak dihargai atas kontribusinya karena kurangnya penghargaan dari kantor.
Solusinya Pihak manajemen harus memberikan penghargaan atas kontribusi transfer knowledge tersebut, dimana  Mentalitas "Saya Belajar Sendiri" dalam diri senior ini yang membuatnya merasa bahwa junior juga harus berjuang seperti mereka.
Solusinya, Jelaskan bahwa cara ini dapat memperlambat kinerja tim dan organisasi.Â
3. Menumbuhkan Kesadaran Kolaborasi
Membangun Budaya Tim dengan menciptakan lingkungan kerja yang menekankan kerja sama, bukan kompetisi. Selain itu, Mendukung Rasa Aman dengan memastikan senior merasa bahwa membagikan pengetahuan tidak mengancam posisi mereka.
Program Mentorship Formal dapat dilakukan dengan menetapkan peran mentoring sebagai bagian dari tanggung jawab senior, bukan pilihan pribadi.
4. Memberikan Ruang untuk Refleksi
- Pentingnya evaluasi diri, Ajarkan senior untuk melihat transfer knowledge sebagai investasi jangka panjang, bukan sekadar tugas tambahan.
- Cerita Inspiratif juga dapat menjadi solusi dimana atasan dapat membagikan kisah sukses di mana transfer knowledge membantu senior dan junior berkembang bersama.
5. Mengembangkan Emotional Intelligence (EI)
Pengembangan Empati dengan mengajak senior untuk memahami tantangan yang dihadapi junior. Selain itu, kontrol Diri dalam bentuk Pelatihan EI untuk mengelola ego dan menerima kritik atau masukan juga bisa dilakukan.
6. Pengakuan dan Insentif
Ini memang yang kerapkali menjadi alasan dibalik besarnya ego senior. Memberikan penghargaan khusus kepada senior yang aktif membimbing junior, baik berupa bonus, sertifikat, atau apresiasi publik akan sangat baik dan bermanfaat. Di samping menjadikan mentoring sebagai bagian dari penilaian kinerja.
Kesimpulannya, dengan terlaksananya tanggung jawab moril dari senior ke junior ini, akan memberikan dampak pada transfer knowledge yang baik, sehingga organisasi tidak hanya mempertahankan stabilitas, tetapi juga membuka peluang untuk berkembang lebih baik di masa depan.
*buat yang sudah senior, percayalah ilmu yang di transfer itu akan membuat kita semakin pintar dan semakin mapan mempelajari banyak hal ke depannya. Jangan takut posisimu terganti, karena legacy adalah jejak yang terekam abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H