Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Penyuluh Hukum Kanwil Kemenkum NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"Good Looking" atau "Good Skill and Competency" Dulu?

1 Desember 2024   08:09 Diperbarui: 6 Desember 2024   14:13 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana jika kita sedikit lebih maju, atau mencontoh negara maju yang lebih memilih untuk merekrut tenaga kerja dengan skill dan kompetensi yang jelas bisa mereka ukur. Toh juga faktanya ada masa training dan evaluasi kok untuk melihat layak tidaknya seseorang diberikan kontrak kerja atau tidak. 

Selain itu terkait usia, meskipun secara umum faktor umur mempengaruhi kinerja sebuah perusahaan, namun tidak semua yang berumur di atas 40 misalnya kemudian bekerja lamban atau tidak fokus.

Bukankah gesit dan cakap itu ditentukan oleh karakteristik dan disiplin seseorang juga? Belum lagi jika dia sebelumnya pernah bekerja di tempat lain, maka pengalaman kerjanya akan sangat bermanfaat.

Saya pribadi banyak melihat di sekeliling saya, orang yang good looking malah tidak bisa apa-apa selain dandan. Atau yang tua lebih gesit daripada yang muda dengan berbagai keluhannya. Semuanya balik lagi kepada individu si pelamar yang harus digali ketika wawancara kerja atau proses perekrutan.

Dan tentu saja yang terakhir, lowongan fresh graduate yang meminta pengalaman 1-2 tahun ini, yang hingga saat ini tidak saya mengerti.

Logikanya kalau fresh graduate ya tidak punya pengalaman, artinya jangan minta surat keterangan pengalaman kerja. Atau kalau memang perekrut ingin yang punya pengalaman, ya jangan buka lowongan dengan title fresh graduate lah ya.

Kesimpulan saya pada akhirnya, antara pelamar dan perekrut memang punya kepentingan dan tujuan masing-masing. Harapan saya perekrut lebih bijak dalam memberikan persyaratan bagi pelamarnya yang sesuai dengan posisi yang dibuka tanpa diskriminasi dan tentunya logis serta relevan. 

Dan bagi anda para pelamar kerja, please terus tingkatkan skill dan kompetensi anda, karena kompetitor anda di luar sana juga tidak tinggal diam saja. Namun mencari berbagai senjata untuk maju dalam medan pertempuran "melamar kerja".

*jangan menyerah ya, temen angkatanku setelah 4 kali ikut test baru lulus. Kadang Tuhan mau lihat sejauh mana perjuangan kita sebelum diberi hadiah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun