Good Looking atau Good Skill and Competency dulu nih? Itulah kira-kira yang terbesit di kepala saya membaca topik pilihan Kompasiana ini, Job fair tiap minggu. Setelah sekian lama tidak menulis, dan pas lagi kangen nulis ketemu yang relate.
Anyway, jika bicara apa yang bikin struggle anak-anak muda yang sudah lulus baik SMK maupun selesai kuliah, pastilah sama.
Urusan cari kerja dan dapat penghasilan supaya bisa mandiri. Begitulah kira-kira gambaran kasarnya menurut saya. Namun kadang antara otak kami dengan perekrut atau perusahaan yang membuka lowongan tidak selalu sama.
Karena memang faktanya pencari kerja tujuan utamanya ya mencari kerja, berbeda dengan perusahaan atau perekrut yang mencari pekerja dengan sejumlah tujuan.
Lalu kira-kira manakah yang lebih utama, good looking atau good skill and competency dulu, jika dilihat dari maraknya pencari kerja saat ini, yang katanya mendapat persyaratan yang kurang masuk akal.
Persyaratan Lamaran Kerja di Indonesia Yang Agak Kurang Masuk Akal
Saya sering membaca di berbagai media, baik postingan maupun kolom komentar terkait dengan persyaratan lamaran kerja di Indonesia yang agak kurang masuk akal. Adapun beberapa hal yang sering dikeluhkan adalah persyaratan dengan contoh sebagai berikut :
1. Meminta Pengalaman untuk Posisi Entry-Level
Banyak perusahaan meminta pengalaman kerja 1-2 tahun untuk posisi entry-level, padahal posisi ini seharusnya ditujukan untuk fresh graduate.
Hal ini tentunya membuat lulusan baru kesulitan masuk ke dunia kerja karena belum memiliki pengalaman. Ibarat kata nih, anak masuk sekolah supaya belajar baca, tapi syaratnya harus bisa baca dulu.
2. Membatasi Usia Secara Tidak Relevan
Ini yang paling sering menuai kritik keras dari para pelamar kerja, "Maksimal usia 25 tahun untuk posisi administratif." Masalahnya: Banyak pekerjaan yang sebenarnya tidak memerlukan batasan usia tertentu, tetapi tetap diberlakukan.Â
Secara logika, Ini dapat menghambat orang yang kompeten namun berusia di atas batas tersebut. Padahal experience tak kalah pentingnya juga.
3. Syarat Penampilan Fisik
Kemudian seperti judul saya di atas, Good Looking dengan contoh persyaratannya "Tinggi badan minimal 160 cm untuk wanita dan 170 cm untuk pria.". Realitanya, Syarat ini sering muncul pada pekerjaan yang sebenarnya tidak memerlukan atribut fisik, seperti pekerjaan administratif atau Accounting.
4. Meminta Berkas Berlebihan
Berkas yang diminta kadang berlebihan seperti KK, SKCK, atau dokumen lainnya dalam tahap awal seleksi. Masalahnya: Banyak dokumen ini tidak langsung relevan dengan posisi yang dilamar dan hanya menambah pekerjaan administratif bagi pelamar.
5. Tes Psikologi yang Terlalu Rumit
Tak jarang, posisi yang dilamar tak relevan dengan tes level ini, namun Beberapa perusahaan memberikan justru memberikan tes psikologi atau tes tertulis yang berlebihan untuk posisi yang sebenarnya tidak memerlukan evaluasi mendalam.
Pentingnya Skill dan KompetensiÂ
Supaya tidak timpang, kita bahas juga apa sih pentingnya skill dan kompetensi dalam upaya melamar kerja ini. Minimal kita maju dengan percaya diri ya saat melamar kerja. Skill menunjukkan apa yang Anda bisa lakukan, sementara kompetensi menunjukkan bagaimana Anda melakukannya secara efektif.Â
Kombinasi keduanya memberikan gambaran lengkap kepada perusahaan bahwa Anda adalah kandidat yang tepat untuk pekerjaan tertentu.
Itulah mengapa Skill dan kompetensi memiliki peran yang sangat penting saat melamar kerja, karena keduanya akan menunjukkan kemampuan Anda untuk melakukan pekerjaan yang diminta dan berkontribusi secara efektif di tempat kerja.Â
Berikut adalah alasan mengapa keduanya penting:
1. Menunjukkan Kemampuan untuk Pekerjaan Tertentu
Skill akan Memberikan bukti bahwa Anda memiliki kemampuan teknis atau praktis yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Sementara kompetensi akan Membuktikan bahwa Anda dapat menggunakan kombinasi skill, pengetahuan, dan sikap untuk menyelesaikan pekerjaan secara efektif.
2. Membuat Anda Menonjol di Antara Pelamar Lain
Pencari kerja yang memiliki skill yang relevan dan dapat menunjukkan kompetensi biasanya lebih menarik bagi pemberi kerja. Kandidat yang memiliki keahlian tambahan seperti bahasa asing atau keterampilan kepemimpinan akan lebih diprioritaskan pastinya.
3. Relevansi dengan Tuntutan Dunia Kerja
Faktanya, banyak perusahaan mencari pelamar yang memiliki kombinasi hard skills (keterampilan teknis) dan soft skills (keterampilan interpersonal). Hal ini tentunya akan menguntungkan perusahaan dari sisi efektifitas biaya dan SDM.
4. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Perlu diketahui bahwa memiliki skill dan kompetensi yang kuat membuat Anda lebih percaya diri saat menghadapi wawancara atau menyelesaikan tugas di tempat kerja. Lalu dengan kompetensi, Anda juga mampu menghadapi tantangan dan menemukan solusi secara mandiri.
5. Mendukung Pertumbuhan Karir
Berkaca pada diri sendiri, Skill yang terus dikembangkan memungkinkan Anda untuk naik jabatan atau mengambil tanggung jawab yang lebih besar. Sementara itu, Kompetensi menunjukkan kesiapan Anda untuk memimpin, mengambil keputusan strategis, atau menangani situasi kompleks.
Pelamar Kerja, Minimal Punya Senjata Sebelum Melamar
Pada hemat saya, seorang pelamar kerja sebenarnya mau tidak mau saat ini harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya apapun tantangan di depannya.
Meskipun faktanya sistem perekrutan di Indonesia tidak se simple di negara-negara maju, namun tentu saja kita tidak bisa mengelak, bahwa itu adalah realita saat ini.
Oleh sebab itu, seorang pelamar kerja minimal punya penampilan yang baik dan kemampuan serta keterampilan yang memadai, sebagai senjata mereka sebelum melamar.
Dalam konteks penampilan yang baik, saya lebih cenderung dengan uraian bahwa seseorang itu harus rapi, punya attitude yang baik, sopan, ramah dan percaya diri.
Contoh kecilnya, saya sering melihat sejumlah pelamar datang dengan baju yang tidak di setrika, atau dengan seragam yang tidak dirapikan alias dipakai seadanya. Padahal detil kecil ini kadang menjadi perhatian HRD dalam merekrut, first impression istilahnya.
Bagi saya pribadi, seseorang yang katanya good looking (cantik, kurus tinggi langsing), namun ternyata tidak terampil dan kurang ramah akan menimbulkan masalah di belakang hari dalam pencapaian kinerja perusahaan.
Selain itu tentu saja senjata utama nya adalah bagaimana seorang pelamar kerja menguasai sejumlah keterampilan dan mampu menguasainya dengan baik. Saya rasa kita sepakat, tidak ada perusahaan yang mau merekrut orang bodoh dan hanya mengandalkan wajah cantik atau tubuh langsingnya.Â
Karena tentu saja perekrut sudah menyadari bahwa ini akan menyumbang sedikit banyak faktor kegagalan atau kerugian dalam sebuah perusahaan di kemudian hari. Namun tak jarang juga perusahaan memang mencari yang good looking dulu untuk posisi yang relevan. seperti sales marketing misalnya.
Pada akhirnya mengeluh bukanlah sebuah solusi, melainkan seharusnya menjadi motivasi untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik lagi, dalam pertarungan melamar kerja.
Perekrut Sebaiknya Lebih Bijak dan Relevan
Dari sisi perekrut, saya rasa perlunya sedikit kebijakan dan relevansi dalam perekrutan. Tidak hanya dititikberatkan pada persyaratan yang kadang-kadang tidak relevan dengan posisi yang dibuka. Bahkan kadang saya rasa bahwa syarat yang diberikan, hasil copy paste dari toko sebelah.
Bagaimana jika kita sedikit lebih maju, atau mencontoh negara maju yang lebih memilih untuk merekrut tenaga kerja dengan skill dan kompetensi yang jelas bisa mereka ukur. Toh juga faktanya ada masa training dan evaluasi kok untuk melihat layak tidaknya seseorang diberikan kontrak kerja atau tidak.Â
Selain itu terkait usia, meskipun secara umum faktor umur mempengaruhi kinerja sebuah perusahaan, namun tidak semua yang berumur di atas 40 misalnya kemudian bekerja lamban atau tidak fokus.
Bukankah gesit dan cakap itu ditentukan oleh karakteristik dan disiplin seseorang juga? Belum lagi jika dia sebelumnya pernah bekerja di tempat lain, maka pengalaman kerjanya akan sangat bermanfaat.
Saya pribadi banyak melihat di sekeliling saya, orang yang good looking malah tidak bisa apa-apa selain dandan. Atau yang tua lebih gesit daripada yang muda dengan berbagai keluhannya. Semuanya balik lagi kepada individu si pelamar yang harus digali ketika wawancara kerja atau proses perekrutan.
Dan tentu saja yang terakhir, lowongan fresh graduate yang meminta pengalaman 1-2 tahun ini, yang hingga saat ini tidak saya mengerti.
Logikanya kalau fresh graduate ya tidak punya pengalaman, artinya jangan minta surat keterangan pengalaman kerja. Atau kalau memang perekrut ingin yang punya pengalaman, ya jangan buka lowongan dengan title fresh graduate lah ya.
Kesimpulan saya pada akhirnya, antara pelamar dan perekrut memang punya kepentingan dan tujuan masing-masing. Harapan saya perekrut lebih bijak dalam memberikan persyaratan bagi pelamarnya yang sesuai dengan posisi yang dibuka tanpa diskriminasi dan tentunya logis serta relevan.Â
Dan bagi anda para pelamar kerja, please terus tingkatkan skill dan kompetensi anda, karena kompetitor anda di luar sana juga tidak tinggal diam saja. Namun mencari berbagai senjata untuk maju dalam medan pertempuran "melamar kerja".
*jangan menyerah ya, temen angkatanku setelah 4 kali ikut test baru lulus. Kadang Tuhan mau lihat sejauh mana perjuangan kita sebelum diberi hadiah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI