Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

PR Besar Badan Gizi Nasional: Kampanye Masal Edukasi Publik

23 Agustus 2024   17:54 Diperbarui: 23 Agustus 2024   18:04 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya dan Kebiasaan Lokal : Beberapa kebiasaan dan kepercayaan lokal terkait makanan dapat mempengaruhi pola makan dan asupan gizi seseorang.

  • Kurangnya edukasi terkait Gizi Seimbang di Pendidikan Formal : Meski sudah ada pendidikan kesehatan di sekolah, namun fokus pada gizi sering kali tidak menjadi prioritas.

  • Pengaruh Iklan Produk Instan Yang Merajalela 

    Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Perlindungan Anak (PKPA) menemukan bahwa iklan makanan cepat saji di televisi memiliki pengaruh yang besar terhadap preferensi makanan anak-anak di Indonesia. Anak-anak yang terpapar iklan ini cenderung meminta makanan tersebut kepada orang tua mereka. 

    Lebih lanjut Studi dari Survei Lembaga Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa iklan dengan pesan emosional dan penggunaan selebriti memiliki daya tarik yang kuat, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda, membuat mereka lebih mudah terpengaruh untuk mencoba atau membeli produk yang diiklankan. 

    Realitanya, sebagai negara dengan lebih dari 270 juta penduduk, Indonesia memiliki salah satu populasi terbesar di dunia. Pasar yang luas ini menyediakan peluang besar bagi produsen makanan dan minuman instan untuk menjual produk mereka. 

    Hal ini seakan memvalidasi fakta bahwa Iklan makanan yang tidak bergizi memang dapat berkontribusi pada masalah gizi di Indonesia. Fenomena ini dapat mempengaruhi pola makan masyarakat dan berpotensi memicu angka kurang gizi, terutama pada kalangan anak-anak dan remaja.

    Yang miris lagi, iklan-iklan produk olahan dan instan alias junk food ini justru merajalela tanpa diimbangi dengan iklan edukasi masyarakat yang juga massif. Bahkan iklan-iklan pemerintah dari humas pelat merah tak jarang memang kurang kreatif dan menarik untuk ditonton.

    Wajar saja sih, jika dilihat lagi, tak ada cerita anggaran humas pelat merah itu besar sehingga mampu menyaingi biaya konten kreator iklan dari sebuah perusahaan swasta besar. Tak usah kita bahas lebih jauh, karena semua juga pasti tau.

    Hanya saja yang ingin saya garis bawahi adalah, iklan produk instan yang merajalela ini memang tak jarang di dukung oleh harga yang murah dan distribusi yang terstruktur dengan baik. Sehingga semua kalangan di semua daerah bahkan yang terpencil sekalipun bisa membelinya alias terjangkau.

    Pesatnya perkembangan teknologi informasi hari ini, dimana hampir 79% masyarakat Indonesia adalah pengguna internet. Yang notabene kita tahu bersama, bahwa iklan ini akan muncul di hampir semua laman media sosial dan bergentayangan dengan leluasa di internet umumnya.

    Wajar saja, bila iklan produk instan yang merajalela memang menjadi rival berat pemerintah dalam menggalakkan pola makan yang cukup gizi di masyarakat. Atau lebih luas, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemenuhan gizi masyarakat.

    PR Besar Badan Gizi Nasional dan Kampanye Masal Edukasi Publik

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Healthy Selengkapnya
    Lihat Healthy Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun