Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Agar Anak Berhenti Kecanduan Gula, Orangtua Harus Kompak Juga

4 Agustus 2024   19:01 Diperbarui: 5 Agustus 2024   12:34 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Shutterstock via Kompas.com

Perlu diketahui bahwa Gula alami ini biasanya lebih sehat dibandingkan dengan gula tambahan, karena makanan yang mengandung gula alami juga menyediakan nutrisi penting lainnya seperti serat, vitamin, dan mineral.

Lalu apabila kelebihan gula apa dampaknya? Meskipun saya rasa anda bisa cari sendiri di google, perlu juga saya tuliskan di sini untuk menambah literasi anda sebagai berikut:

  • Gula tambahan dapat menyebabkan kelebihan kalori yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Tau kan kalo sudah obesitas, maka sejumlah penyakit mematikan pun diam-diam sudah hinggap di tubuh.
  • Diabetes Tipe 2: Asupan gula tambahan yang tinggi dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes tipe 2, seperti kasus yang lagi viral, sejumlah bocah di vonis menderita diabetes tipe ini.
  • Penyakit Jantung: Konsumsi gula tambahan yang berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, bukan hanya jantung sebenarnya, tapi berdampak pada pencernaan dan hampir semua organ vital.
  • Karies Gigi: Gula adalah penyebab utama kerusakan gigi karena bakteri di mulut mengubah gula menjadi asam yang merusak enamel gigi.

Lingkungan  Sangat Mempengaruhi

Selain itu, Lingkungan juga sangat mempengaruhi terhadap bagaimana seorang anak akhirnya kecanduan gula alias yang manis-manis. Bagi anda yang tinggal di kampung atau pedesaan yang masyarakatnya masih kurang teredukasi, maka siap-siap dengan usaha ekstra ya.

Karena biasanya, jika di rumah kita sudah seketat itu, akan ada saja yang memberi anak makanan manis atau sejenisnya ketika di luar rumah. Bahkan keluarga kita sendiri seperti orang tua, saudara atau sanak keluarga yang lain.

Bahkan, kadang orang tua harus kebal terhadap gunjingan yang akan diterima jika menerapkan perubahan makanan tersebut pada anak. Jangan baper dengan kalimat 'tega sekali sama anak, masak makan sedikit saja ga boleh', atau 'Apaan sih, anaknya masih kecil sudah dipaksa-paksa'.

Ga perlu baper ya bapak ibu, cukup timpali dalam hati dengan kalimat 'Mereka hanya bisa bicara, tapi kalau ada apa-apa dengan anak saya, paling juga cuma bisa nyumbang kata kasian tanpa bantuan apa-apa'. 

Tidak bisa kita pungkiri memang, lingkungan di sekitar kita hari ini belum terlalu baik apalagi mendukung untuk sebuah keluarga mengasuh anak dengan baik, khususnya terkait makanan yang baik dan tidak bagi anak.

Ya jujur saja, mindset dan pola pikir masyarakat kita memang masih awam terkait bahaya gula bagi anak. Padahal kalau dipikir, banyak sekali penyakit yang asalnya justru dari makanan olahan yang manis-manis. 

Hal ini memang masih awam untuk disadari masyarakat, bahwa dalam nasi sebenarnya sudah ada kandungan gula, dalam  buah juga begitu, bahkan di sayur ada juga kandungan gulanya. Realitanya, hidup less sugar ternyata sangat berdampak bagi kesehatan dan kualitas hidup sebuah keluarga.

Oleh sebab itu, penyuluhan terkait keberadaan gula pada makanan alami dan bahaya gula tambahan ini penting sekali untuk dilakukan secara masif dan berkelanjutan. Butuh kampanye publik yang besar agar masyarakat melek terhadap hal ini.

*Bagi anda orang tua yang sedang berusaha konsisten untuk merubah mindset dan kebiasaan anak makan manis, jangan cepat menyerah. Ingatlah, kesehatan mereka juga atas peran kita. Karena kebahagiaan saat tua nanti adalah menyaksikan mereka sehat bersama cucu tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun