Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Produktif di Coffe Shop, Kantor Kedua yang Nyaman Meski Berbiaya

23 Juni 2024   11:24 Diperbarui: 23 Juni 2024   13:52 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Produktif di Coffe Shop, meskipun berbiaya namun saya lebih suka menyebutnya sebagai kantor kedua. Kompasiana memang ada-ada saja kalau angkat topik pilihan. Nembak langsung ke trend saat ini, dan memang lagi di gandrungi.

Saya pribadi sekitar 6 bulan belakangan ini memang sangat menikmati kerja dari Coffe shop, karena ternyata bisa lebih fokus dan pekerjaan lebih cepat selesai. Ya gimana dong, mau makan tinggal pesen di tempat, Suasana tenang, wifi kenceng. Dahlah, biaya pribadi keluar juga akhirnya jadi ga apa-apa, soalnya nyaman bekerja itu memang utama bagi saya.

Faktor Penyebab Utama

Sebagai ASN, sebenarnya saya dan banyak rekan-rekan lain pastinya punya cerita yang sama. Kita tidak bisa terlalu banyak menuntut kepada negara. Karena kata atasan saya "jangan tanya apa yang negara berikan padamu, tapi tanya apa yang bisa kau berikan untuk negara".

Baiklah, tidak salah memang, namun sepertinya atasan saya itu agak sedikit lupa menurut saya. Bagaimana bisa memberikan hasil yang maksimal apabila faktor pendukungnya di abaikan begitu saja.

Terakhir saya ingat betul, ketika suasana di ruang kerja saya yang notabene adalah humas. Iya, humas, manusia-manusia penulis berita, pembuat konten kreatif pun pelaksana berbagai tugas dan fungsi lainnya yang diberikan negara. Dimana kami dipaksa dalam satu ruangan yang menurut kami sesak dan sempit, dengan hingar bingarnya.

Bagaimana otak di tuntut kreatif, namun dengan lingkungan kerja yang berisik.  Tak hanya saya yang berkeluh kesah, meskipun ketika itu saya pribadi dengan senang hati naik ke lantai 3 gedung hanya untuk kerja sendiri dengan tenang. Namun beberapa rekan juga berkeluh kesah yang sama, 'tim sebelah berisik', begitu kira-kira keluhan mereka. Belum lagi kadang di dalam ruangan ber AC ini tercium bau rokok.

Saya ingat betul ketika mengambil inisiatif untuk menyampaikan berbagai keluhan ini kepada atasan saya, yang di sambut dengan sangat luar biasa. Sebaris kalimatnya yang membuat saya punya ruang kerja yang lain, begini kira-kira bunyinya,

"Yaudah, cari aja tempat kerja sendiri sana"

Dengan senang hati gumam saya dalam hati, yang saya jawab secara lisan dengan kata 'siap bos'. Yang penting sudah saya sampaikan dong, karena memang katanya saya yang vokal.

Lalu dari situ mulailah saya cari-cari coffe shop dengan suasana tenang, makanan dan minuman yang lumayan sehat dan harga masih terjangkau. Ketemu, dan sejak saat itu mulailah saya bekenalan dengan publik workspace yang bernama coffe shop ini.

Meskipun harus merogoh dompet pribadi, namun menurut saya itu sebanding dengan outputnya. Otak tenang, suasana nyaman, camilan gampang, pulang pun senang.

Kelebihan Workspace Berbasis Coffe Shop, dan Minusnya Ruang Kantoran

Jika bicara kelebihan, maka baik juga kita coba uraikan dulu kekurangan dari tempat kerja asal alias kantoran. Karena pada umumnya, ga ada seorang karyawanpun yang mau keluarkan biaya ekstra lagi untuk menyelesaikan tugas kantor, betul?

Nah, secara umum menurut saya ada beberapa hal yang menjadi faktor minusnya ruang kantoran ini dalam mendukung kinerja pegawai sebagai berikut :

  • Ketidakpedulian atasan atau pimpinan akan pentingnya ruang kerja yang kompatible bagi karyawan.
  • Rendahnya sikap toleransi pegawai terhadap pegawai lainnya
  • Kurangnya kepedulian atau empati dari sesama pegawai atas beban kerja yang dipikul
  • Sarana dan Prasarana yang kadang masih minim

Dan ketiga hal itu biasa terjadi khususnya di institusi pemerintahan. Lalu apa yang membuat coffe shop jadi lebih nyaman dalam mendukung prodyuktifitas? 

Sejujurnya, dari beberapa coffe shop yang pernah saya kunjungi, dan bahkan bisa duduk berjam-jam dengan penuh konsentrasi, ada beberapa hal yang menjadi kelebihannya antara lain :

  • Ruangan yang nyaman dengan penataan yang lebih asyik
  • Tidak Berisik apalagi bising karena sesama pengunjung biasanya punya empati dan toleransi
  • Mudah memesan makanan dan minuman ketika lapar, dengan pelayanan yang baik
  • Ketersediaan fasilitas WIFI yang kencang atau memadai
  • Komplain jika ada yang tidak nyaman segera ditindaklanjuti oleh pemiliknya
  • Dibedakan dengan tegas area merokok dan bebas rokok

Asal tahu saja, hingga tulisan ini saya buat, pegawai di coffe shop langganan saya sudah sangat hafal apa menu makanan dan minuman yang saya pesan, lengkap dengan pesanan khusus yang berjudul "less sugar, non sugar atau without topping".

Pasalnya, dalam mengerjakan beberapa tugas dan kerjaan freelance, saya memang butuh suasana kondusif dengan fasilitas lengkap seperti itu. Design situs dan penulisan butuh relaks dan fokus di waktu yang sama.

Sikap Tiap Individu Menghadapi Sikon

Meski demikian, balik lagi kepada individu masing-masing orang. Ada yang bisa beradaptasi dengan bisingnya ruangan kerja hanya bermodalkan headset atau earphone selama berjam-jam. Ada juga yang pindah ke ruangan lain di area kantor. Atau ada juga yang kadang kerja saat jam istirahat siang.

Semuanya tergantung seberapa kebal individu ini terhadap tekanan situasi dan kondisi di ruang kerjanya. Bagi saya pribadi, mohon maaf saja, saya tidak bisa melakukan hal itu dengan headphone, karena bahaya nya bagi otak dan kesehatan juga tidak sedikit. Apalagi selama berjam-jam.

Ataupun dengan kerja di jam istirahat siang, oh tentu tidak akan saya lakoni. Karena tubuh saya juga berhak istirahat. Untuk pindah ke area lain di kantor juga pernah saya lakoni, namun tetap saja harus bertarung dan misuh-misuh dengan lemotnya internet.

Yah akhirnya, saya lebih memilih mencari kenyamanan meskipun dengan keluar uang. Tak apalah, toh bisa memenuhi salah satu quotes yang berbunyi "jangan tanya apa yang negara berikan padamu, tapi tanya apa yang bisa kau berikan untuk negara" tadi, sudah lumayan lega.

Saya cuma berharap, setidaknya bapak dan Ibu pejabat yang berwenang di luar sana juga belajar tentang sikon yang baik dalam dunia kerja, yang mencakup perlindungan kesehatan fisik, psikologis, dan kondisi sosial bagi pegawainya. Karena ini manusia, bukan robot yang tak punya telinga ataupun akal dan rasa.

Mustahil rasanya memaksa otak yang stress dan tertekan untuk berkarya dengan maksimal. Apalagi meningkatkan kinerja seperti wacana yang saat ini sedang menggema. Pelayanan Publik pun cuma bisa optimal ketika si pelayannya punya ruang situasi dan kondisi yang mendukung pelayanan prima.

Siapa tau melalui tulisan ini pihak yang berwenang, khususnya di daerah saya segera anggarkan pembangunan gedung kerja bersama yang melarang keras kebisingan dan keributan, apalagi merokok sembarangan, atau yang sesak-sesakan. Aamiinnn.

*Work From Coffe Shop itu menyehatkan otak dan mental saya, cuma kadang-kadang kantongnya agak kurang sehat. Semoga Allah tambah rejeki saya lagi, selagi kantor belum mendukung ruang kerja yang ramah pegawai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun