Nah ngomong-ngomong soal Point lebih program zaman pak Soeharto ini, jujur saya baru sadari hari ini ketika tulisan ini saya buat. Dan bukan bermaksud untuk membandingakan juga, karena saat ini saya baru dapat membaca Instruksi Presiden yang terbit ketika itu. Secara saat itu saya masih anak sekolah kan, bukan ASN seperti sekarang.
Dalam Lampiran Inpres Nomor 1 Tahun 1997 khususnya point yang menguraikan Bentuk PMT-AS, Â butir kedua yang berbunyiÂ
"Makanan jajanan untuk PMT-AS harus menggunakan bahan hasil pertanian setempat dan tidak dibenarkan menggunakan bahan makan produk pabrik atau industri yang dibeli atau didatangkan dari kota, seperti susu bubuk, susu kaleng, susu karton, macam-macam mie instant, roti atau kue-kue produk pabrik".
Seketika ingatan langsung melayang pada memory masa kecil saya, tentang jenis kue atau kudapan yang diberikan saat itu. Betul memang yang diberikan semuanya oalahan rumahan yang berasal dari pertanian dan perkebunan, seperti kue berbahan dasar singkong atau candil ubi dengan santan. Ada juga resoles dengan sayur mayur atau pastel. Hampir tidak ada keju, kalaupun tidak ada susu, itu sudah terpenuhi menurut saya ketika diberikan kudapan dari bahan kacang-kacangan seperti bubur kacang hijau atau onde-onde.
Tidak ada kudapan kemasan! Lalu kenapa ini menjadi point plus? Hal ini menurut saya disebabkan karena program yang dilaksanakan ini ternyata tetap harus berimbas kepada kesejahteraan masyarakat juga khususnya petani setempat alias rakyat jelata. Imbas dari implementasi sebuah kebijakan yang menurut saya sangat adil bagi rakyat. Dari rakyat dan untuk rakyat, karena bagaimana pun petani adalah salah satu unsur yang menopang ketahanan pangan sebuah negara.
Selain itu, penggunaan bahan pangan segar atau bahan lokal juga akan membuat roda perekonomian di daerah berputar lebih sehat. Bukankah faktanya para pelaku usaha rumahan atau UMKM adalah roda penggerak utama dari perekonomian bangsa? Tentu saja menurut saya hal ini sejalan dengan program yang dilaksanakan pada masa itu. Belum lagi jika bicara mengenai nutrisi atau gizi, maka pastilah makanan olahan rumah lebih terjamin gizinya, bisa ditakar nutrisinya dan tidak akan membebani tubuh anak karena olahan yang berlebihan (junk food).
Rencana Program Makan Siang Gratis saat ini
Masih hangat dengan program unggulan calon presiden nomor urut 2 beberapa waktu lalu ketika musim kampanye, yaitu program makan siang gratis bagi anak sekolah. Belum lagi isu yang beredar, kabarnya akan diberikan sepaket dengan produk susu, pastinya susu kemasan.
Jujur, secara pribadi saya awalnya tidak terlalu memikirkan hal itu. Namun dengan kembalinya memori saya tentang PMT-AS ketika SD itu membuat saya akhirnya mulai menerka-nerka, bagaimana mekanismenya nanti. Apakah kira-kira ini akan berdampak baik juga pada sistem perekonomian bangsa, khususnya di tingkat rakyat bawah?
Saya baca dari laman kompas.com, bahwa program makan siang gratis ini bertujuan untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah dan mengurangi angka stunting di Indonesia. Program ini juga mencakup ibu hamil dan balita, dimana Anggaran program ini diperkirakan sekitar Rp15 ribu per anak untuk makan siang, namun rincian mengenai anggaran untuk susu masih dalam pembahasan.Â
Dalam pikiran saya sebagai emak-emak, yang setiap bulan harus  mengatur menu bekal untuk 3 orang anak yang kebetulan SMA, dan 2 orang SD ini, saya agak bingung. Dengan dana 15rb makan siang, kira-kira bentuknya makan siang ini bagaimana ya? Belum lagi susu ini yang pastinya diberikan melalui provider susu kemasan, kira-kira yang harga berapa ya? Lalu apakah mekanismenya dapat berdampak juga kah kepada sektor ekonomi bangsa secara positif? Mengingat Pemerintah saat ini katanya sedang mencari cara terbaik untuk mengalokasikan anggaran tanpa memperbesar defisit fiskal yang diperkirakan bisa mencapai 3-3,2% dari PDB jika tidak ada realokasi yang signifikan dari pos belanja lainnya.
 Harapan Rakyat
Dalam posisi sebagai rakyat dengan anak-anak yang masih bersekolah, tentunya saya berharap program ini memang akan dapat memberikan dampak perbaikan gizi bagi sasarannya. Namun tentunya dengan posisi sebagai orang tua, saya pribadi sangat berharap tidak ada biaya pendidikan yang akan melejit naik untuk menutupi program makan siang gratis ini.