Kira-kira begitu kesimpulan yang saya tangkap dari setiap videonya. Akhirnya otak nekat saya pun mulai merubah pola makan dan kebiasaan. Niatnya cuma sebulan, tapi ternyata karena tubuh saya merasa terus membaik dan banyak perubahan positif yang terjadi, saya pun teruskan sampai 1,5 tahun lamanya. Tanpa nasi putih, tanpa tepung, tanpa gula pasir, tanpa goreng-goreng. Kebanyakan tumis dan rebus, menghindari makanan kemasan dan makan real food.
Tak lupa olahraga teratur, meskipun olahraga ini memang telah menjadi kebiasaan saya sejak jaman sekolah. Endingnya memang luar biasa, alergi setiap kali musim dingin yang saya rasakan lenyap. Nyeri Menstruasi tak lagi pernah saya alami, kulit jadi cerah dan sangat bersih. Kuku mengkilat macam habis ke salon, perut apalagi tak pernah menunjukkan kemajuan, selalu flat cenderung masuk.
Berangkat dari pengalaman itulah, saya akhirnya mencoba menawarkan alternatif ini kepada ibu saya yang sangat cemas dan takut dengan operasi ataupun injeksi. Saya paham perasaan beliau. Hingga akhirnya tawaran saya pun diterima Ibu.
Mulailah beliau dengan pola makan yang menurut sebagian orang 'menyiksa'. No tepung, No Gula pasir, No goreng, perbanyak sayur dan buah, nasi putih diimbangi beras merah organik. Dan tentu saja latihan beban untuk menguatkan otot paha atau kaki secara keseluruhan.
Olahraga nya simple, awalnya hanya jalan kaki dan perbanyak aktifitas jalan kaki. Tahap berikutnya ketika kondisi nyeri mulai berangsur hilang, latihan beban di lanjutkan dengan berjalan di pasir pantai yang agak miring. Naik dan turun beberapa menit setiap hari.
Hal ini berlangsung selama kurang lebih 2 atau 3 bulan seingat saya, hingga akhirnya ibu saya sehat dan tidak merasakan nyeri sama sekali di lututnya. Bahkan beliau sempat menangis bahagia saat shalat tak lagi harus mengerang kesakitan karena selama hampir 1 tahun lebih lutut tak bisa di tekuk, ke kamar mandi pun seperti itu.
Pentingnya Komitmen Untuk Sehat
Saya akui, ibu saya adalah orang yang punya tekad besar untuk sembuh. Sehingga chalenge 'ekstrim' bagi sebagian besar orang pun bisa dilaluinya. Namun tentu saja hasil tak akan berkhianat pada perjuangan. Hingga saat ini, ibu saya bahkan tak suka lagi makanan manis, di rumah pun tak ada lagi dzat yang bernama gula pasir. Pun dengan tepung-tepung dan makanan junk food termasuk gorengan.
Mungkin karena trauma mendalam akibat selama tahunan tak bisa menekuk lututnya, tak bebas beraktifitas, pernah ke rumah sakit dengan kursi roda bahkan ditawari operasi ganti tulang lutut. Sehingga sampai saat ini ibu sangat menjaga makanan dan olahraganya.
Beliau juga menyadari bahwa komitmen untuk sehat itu sangat penting agar tidak menghalangi aktifitasnya di usia yang sekarang menginjak 56 tahun. Bahkan ketika pergi umrah tahun kemarin, teman sekamarnya yang berusia tidak lebih dari 40 tahun bercerita kepada saya dengan kagum tentang sehatnya fisik ibu ketika naik turun bukit safa dan marwah.
Sebuah kebahagiaan yang tentunya saya sebagai anak juga tak bisa lukiskan melihat beliau tetap sehat dan aktif.
Mindset dan Culture
Jujur sebagai orang yang pernah merasakan dahsyatnya manfaat me reset tubuh sendiri, saya tidak akan juga skip bagaimana 3-4 hari pertama melakukan hal itu. Rasanya seperti orang sakit tapi tidak sakit. 2 hari pertama tubuh saya lemas dan seperti gemetaran, namun saya bukanlah orang yang cepat menyerah dalam misi.