Secara pribadi pun, saya suka dengan konten mewawancarai anak muda Citayam, namun semakin ke sini, saya perhatikan banyak juga konten setingan sehingga mengurangi greget.Â
Walau begitu, dari hasil konten setingan tersebut, berhasil memunculkan remaja cantik mungil berkarakter sebagai pendatang baru di dunia entertainmen. Dia bernama Jeje.
Dari banyaknya konten yang viral tersebut, ternyata semakin mengukuhkan konsistensi remaja Citayam sebagai pengusung Fashion Week.Â
Namun sayangnya, dari banyaknya remaja Citayam dan Bojonggede yang nongkrong di Jalan Sudirman, meninggalkan masalah yang kalau dibiarkan akan menjadi masalah serius.Â
Aktivitas mereka belakangan semakin disorot karena banyaknya dari mereka (terutama yang masih di bawah umur) yang merokok dan lebih parah lagi, sering meninggalkan bekas rokoknya di sembarang tempat.
2. Citayem dan Melawai
Bagi generasi antara tahun 80-90-an, fenomena mencuatnya tren anak muda nongkrong, mengingatkan kita akan zaman-zamannya nongkrong di Melawai (Blok M).Â
Begitu ngetrennya para remaja yang jalan-jalan sambil cuci mata tersebut, membuat para seniman musik terpancing kreativitasnya, sehingga beberapa lagu tercipta. Tentunya lagu yang memotret tren tersebut.Â
Siapa lagi kalau bukan Denny Malik, dengan lagunya JJS (Jalan-jalan Sore). Ada juga beberapa novelis yang mengangkat kehidupan remaja saat itu dan mengambil beberapa tema yang diangkat dari gaya anak Melawai (Judul buku Lupus, Olga). Beberapa istilah lahir dari sini. Ngeceng, mejeng, memble, kece, dll.
Ya, Melawai memang menyimpan banyak sekali memori bagi remaja era tahun 80-an. Beberapa titik mereka jadikan lokasi nongkrong.Â
Era 80-an, mencuat aktivitas yang sangat digemari, yaitu tari kejang (Break Dance), serta sepatu roda. Walau di sekitaran Melawai banyak sekali diskotik, club malam dan juga kafe.