Mohon tunggu...
Erni Wardhani
Erni Wardhani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis konten kreator (Youtube, Tiktok), EO

Guru SMKN I Cianjur, Tiktok, Youtube, Facebook: Erni Wardhani Instagram: Erni Berkata dan Erni Wardhani. Selain itu, saya adalah seorang EO, Koordinator diklat kepala perpustakaan se-Indonesia, sekretaris bidang pendidikan Jabar Bergerak Provinsi, Pengurus Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat, Pengurus Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat, Pengurus IGI kabupaten Cianjur, sekretaris Forum Kabupaten Cianjur Sehat, Founder Indonesia Berbagi, Tim pengembang Pendidikan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Provinsi Jawa Barat, Humas KPAID Kabupaten Cianjur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Citayam Fashion Week Sudirman, Melawai Versi Sekarang?

9 Juli 2022   10:51 Diperbarui: 14 Juli 2022   21:44 2170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Terowongan Kendal di Dukuh Atas, Menteng, Jakarta Pusat, pada Jumat (1/7/2022) siang. (Foto: KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL)

Citayam dan Sudirman menjadi sorotan banyak orang gara-gara perhatiannya berhasil mencuri hati banyak orang.

Berawal dari banyaknya konten yang mengangkat muda-mudi remaja asal Citayam yang sedang hilir mudik di sepanjang Jalan Sudirman, kini remaja asal Citayam seolah menjadi pusat pembicaraan. 

Kebiasaan hilir mudik di Jalan Sudirman tersebut ternyata tidak hanya yang berasal dari Citayam, namun juga dari Bojonggede. 

Kawasan Sudirman dijadikan sebagai tempat tongkrongan anak usia tanggung dengan gayanya yang khas. Mulai dari outfit model kekinian (konsep dengan dominan warna monokrom hitam, putih, abu), hingga aksesoris yang super gaul.

1. Citayam Fashion Week

Bagi para penggemar Tiktok, istilah Citayam Fashion Week pasti tidak akan asing lagi. Ini berkaitan dengan para kreator konten yang membuat konten Tiktok di Jalan Sudirman. 

Muncul istilah CFW paling awal adalah seorang street photografer bernama Radita Pradana. Dia memotret suasana Jalan Sudirman dengan tulisan "Citayam Fashion Week in Stasiun BNI City". 

Sebelumnya, para kreator konten banyak juga yang menangkap aksi para pedestrian muda sekaligus mewawancarainya. 

Dengan kejeliannya, mereka merekam situasi tersebut dengan mewawancarai para kawula muda yang dianggap mewakili, memiliki gaya outfit yang unik dan nyentrik. Alhasil, konten mereka dalam waktu sekejap dapat mendongkrak akun Tiktok mereka. 

Hal tersebut dinilai tepat karena mereka berhasil memancing emosi dan empati para penonton konten. Dari hasil wawancara, para penikmat video Tiktok merasa terhibur dengan jawaban-jawaban polos serta gaya mereka yang dinilai kampungan oleh banyak warganet. 

Secara pribadi pun, saya suka dengan konten mewawancarai anak muda Citayam, namun semakin ke sini, saya perhatikan banyak juga konten setingan sehingga mengurangi greget. 

Walau begitu, dari hasil konten setingan tersebut, berhasil memunculkan remaja cantik mungil berkarakter sebagai pendatang baru di dunia entertainmen. Dia bernama Jeje.

Dari banyaknya konten yang viral tersebut, ternyata semakin mengukuhkan konsistensi remaja Citayam sebagai pengusung Fashion Week. 

Namun sayangnya, dari banyaknya remaja Citayam dan Bojonggede yang nongkrong di Jalan Sudirman, meninggalkan masalah yang kalau dibiarkan akan menjadi masalah serius. 

Aktivitas mereka belakangan semakin disorot karena banyaknya dari mereka (terutama yang masih di bawah umur) yang merokok dan lebih parah lagi, sering meninggalkan bekas rokoknya di sembarang tempat.

2. Citayem dan Melawai

Bagi generasi antara tahun 80-90-an, fenomena mencuatnya tren anak muda nongkrong, mengingatkan kita akan zaman-zamannya nongkrong di Melawai (Blok M). 

Begitu ngetrennya para remaja yang jalan-jalan sambil cuci mata tersebut, membuat para seniman musik terpancing kreativitasnya, sehingga beberapa lagu tercipta. Tentunya lagu yang memotret tren tersebut. 

Siapa lagi kalau bukan Denny Malik, dengan lagunya JJS (Jalan-jalan Sore). Ada juga beberapa novelis yang mengangkat kehidupan remaja saat itu dan mengambil beberapa tema yang diangkat dari gaya anak Melawai (Judul buku Lupus, Olga). Beberapa istilah lahir dari sini. Ngeceng, mejeng, memble, kece, dll.

Ya, Melawai memang menyimpan banyak sekali memori bagi remaja era tahun 80-an. Beberapa titik mereka jadikan lokasi nongkrong. 

Era 80-an, mencuat aktivitas yang sangat digemari, yaitu tari kejang (Break Dance), serta sepatu roda. Walau di sekitaran Melawai banyak sekali diskotik, club malam dan juga kafe.

Namun, pecinta warung-warung kopi yang menyediakan roti, susu dan pisang bakar ternyata sangat banyak. Mereka menyukai suasana dan orientasi gaul anak muda. 

Anak muda yang nongkrong di Melawai berbaur amtara kaum jetset, menengah, dan biasa-biasa saja. Ini mungkin yang membedakan pergaulan di Melawai dan Citayam.

3. Bentuk Kreativitas dan Eksplorasi Anak Muda

Jujur, remaja di Melawai saya nilai lebih kreatif. Mereka tidak asal sekadar nangkring, ngobrol, lantas cabut, tetapi mereka mampu menyajikan sebuah tontonan gratis yang menginspirasi ide lain untuk mengangkat kehidupan mereka, dan dijadikan karya baru (film, lagu). 

Katakanlah bagaimana tarian kejang yang mereka gelar di emperan trotoar dapat menjadi tarian yang begitu digilai oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan popularnya tarian kejang ini, memancing para pelaku ekonomi kreatif untuk berkarya. 

Mulai dari bando/ikat kepala, baju, celana, sepatu, hingga tikar, mereka jadikan produk yang laris manis di pasaran. 

Begitu pula sepatu roda. Bermain sepatu roda di Kawasan Blok M pun tidak kalah menariknya. Para pemain sepatu roda mempertontonkan aksinya dengan begitu aktif, atraktif, dan kompak hingga mempersatukan para penonton.

Kreativitas remaja di Melawai bisa dijadikan inspirasi bagi remaja Citayam. Untuk saat ini, berdasarkan analisis saya sebagai pengguna media sosial, remaja Citayam belum mampu membuat kreativitas. 

Mereka baru tahap mampu membuat jati diri /eksistensi saja. Bahkan banyak yang menilai negatif (dari hasil konten wawancara para Tiktokers). 

Banyak dari remaja Citayem yang sudah pacaran padahal masih usia sekolah, penampilan kampungan, dan banyak yang merokok.

4. Agen Promosi Wisata

Dengan adanya fenomena Citayam Fashion Week, ternyata berhasil memancing Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno untuk turut angkat bicara. 

Menurut Sandi, tren remaja Citayam akan sangat membantu sektor pariwisata. Jadi, mereka dinilai berhasil mempopulerkan destinasi wisata dalam kota. 

Sandi pun tertarik akan berkoordinasi dengan dinas pariwisata dan ekonomi kreatif DKI Jakarta untuk menindaklanjutinya. 

Adanya Citayam Fashion Week merupakan bentuk demokratisasi gaya hidup anak muda zaman sekarang, dan ini bagian dari urbantourism (wisata perkotaan).

Walaupun tren remaja Citayam diprediksi tidak akan lama (hanya mengisi waktu liburan), namun apabila keberadaan mereka mampu mengangkat promosi wisata, tentunya kita berharap.

Semoga keberadaan mereka tidak hanya sampai waktu libur saja. Semoga mereka pun dapat lebih kreatif dalam kegiatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun