Mohon tunggu...
Erni Wardhani
Erni Wardhani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis konten kreator (Youtube, Tiktok), EO

Guru SMKN I Cianjur, Tiktok, Youtube, Facebook: Erni Wardhani Instagram: Erni Berkata dan Erni Wardhani. Selain itu, saya adalah seorang EO, Koordinator diklat kepala perpustakaan se-Indonesia, sekretaris bidang pendidikan Jabar Bergerak Provinsi, Pengurus Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat, Pengurus Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat, Pengurus IGI kabupaten Cianjur, sekretaris Forum Kabupaten Cianjur Sehat, Founder Indonesia Berbagi, Tim pengembang Pendidikan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Provinsi Jawa Barat, Humas KPAID Kabupaten Cianjur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Mengusir Siswa dan Core Values ASN

7 Juni 2022   10:22 Diperbarui: 8 Juni 2022   03:04 2565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru mengajar (KOMPAS.COM/CANDRA NUGRAHA)

Sedih sekali rasanya mendengar ada berita tentang seorang guru yang tega mengusir peserta didiknya. Peserta didik tersebut hendak mengikuti ujian.

Alasan pengusiran diketahui karena siswi itu tidak mengikuti pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran luring karena tidak memiliki telepon genggam dan seragam sekolah.

Hal pengusiran terungkap ketika siswi tersebut ditemukan oleh seseorang yang sedang melihatnya menangis di pinggir jalan.

Peristiwa seperti itu saya yakin masih banyak terjadi di sekeliling kita. Percaya atau tidak percaya, telepon genggam sudah menjadi barang yang tidak aneh lagi, dan dipastikan semua siswa sudah mampu memiliki barang tersebut.

Terlebih diperkuat oleh pernyataan dari Menteri Komunikasi dan Informatika yang menyebutkan bahwa jumlah pemilik smartphone di Indonesia berjumlah 345,3 juta per tahun 2021. Sedangkan total jumlah penduduk mencapai 271,35 juta jiwa. Ini berarti jumlah telepon genggam lebih banyak dari pada jumlah penduduk.

Namun nyatanya, keadaan di lapangan selalu berbeda. Contohnya pelajar di Kalimantan di atas.

Kejadian pelajar tidak memiliki telepon genggam sehingga tidak dapat mengikuti pelajaran jarak jauh, seharusnya sudah dapat terdeteksi dari awal, karena kasus serupa juga terjadi di tempat saya bekerja. Bedanya, kalau di tempat saya, hal pertama yang dilakukan sebelum melaksanakan pembelajaran jarak jauh adalah mendata untuk memastikan apakah semua peserta didik memiliki telepon genggam sebagai media pembelajaran nanti atau tidak.

Hasil di lapangan ternyata terdapat 7 orang peserta didik yang tidak memiliki telepon genggam dan memang karena keadaan orang tuanya yang belum mampu untuk membelikannya telepon genggam.

Seperti yang kita ketahui, setiap kepala keluarga dipusingkan dengan pembelajaran jarak jauh kemarin karena mengharuskan semua anak-anaknya memiliki telepon genggam dan laptop. Tidak bisa dibayangkan bagi mereka yang memiliki lebih dari dua anak.

Sekolah saya dengan sigap mengadakan penggalangan dana secara suka rela untuk membantu peserta didik yang kurang beruntung. Di lapangan, Alhamdulillah semua persoalan teratasi.

Akan halnya peristiwa di Kalimantan, kita pastikan mereka tidak menggunakan komunikasi dengan baik sehingga keadaan peserta didiknya yang tidak memiliki telepon genggam dan seragam, baru terdeteksi ketika hendak mengikuti ujian.

Pengusiran tersebut tentu saja akan berdampak pada kejiwaan peserta didik yang kebetulan berusia 10 tahun. Ibu guru tersebut secara langsung ataupun tidak langsung sudah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan.

Apalagi kalau dikaitkan bahwa seorang guru yang notabene ASN harus memiliki nilai-nilai "Berakhlak" (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif) sebagai perwujudan dari panduan berpikir, bertutur, dan berperilaku dalam Core Values ASN.

Di bawah ini akan kita uraikan arti dari Berakhlak.

Berorientasi Pelayanan

Poin ini berisi bahwa seorang ASN harus memiliki keinginan serta memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan prima kepada mayarakat (dalam hal ini, anak didiknya), sehingga kejadian seperti di atas tidak akan ada.

Melayani peserta didik tidak harus dengan membelikan telepon genggam, namun setidaknya ada komunikasi yang baik dengan mencari jalan keluar sehingga masalah anak didiknya terpecahkan.

Akuntabel

Semua ASN harus bertanggung jawab penuh akan peserta didiknya. Tanggung jawab sendiri akan terlihat ketika guru mampu menyelesaikan masalah.

Sikap guru yang mengusir peserta didiknya tentu bukan sikap yang terpuji. Selain masalah tidak terselesaikan, yang ada malah makin bertambah. Anak merasa semakin terpojokkan, apalagi melihat kondisi orang tuanya yang tidak memungkinkan.

Kompeten

Guru harus kompeten dan terus belajar memperbaiki diri dalam segala hal, termasuk perilaku kepada peserta didiknya.

Perlu diingat, kompeten tidak hanya dari segi akademis, namun  juga dari segi nonakademis sehingga menjadi guru yang tidak hanya cakap secara IQ, namun juga ESQ.

Harmonis

Kata harmonis akan terwujud apabila di lingkungan kita sudah tercipta rasa saling menghargai. Menghargai  perbedaan, peduli satu sama lain, kasih sayang. 

Agar peserta didik menjadi aman, nyaman berada di lingkungan belajar, dibutuhkan sikap tersebut.

Tidak Keharmonisan sangat berpengaruh kepada kelangsungan belajar peserta didik. Semakin mereka merasa nyaman dan aman, maka dapat dipastikan, akan berpengaruh dengan cara menerima pelajaran dari kita.            

Loyal

Ketika guru dahulu melaksanakan sumpah jabatan, tentu akan memberikan semua sumbangsih terbaiknya untuk bangsa dan negara, termasuk dengan membimbing, mendidik peserta didik dengan segenap jiwa dan raga.

Adaptif

Terus berinovasi. Inovasi sendiri berarti sebuah pemikiran atau gagasan yang memiliki sifat kebaruan, terencana dan jelas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) inovatif adalah sesuatu yang bersifat pembaruan. Suatu usaha dan cara berpikir yang baru agar menstimulus kemampuan dan keahlian baru untuk menghasilkan karya baru.

Agar siswa menjadi kreatif dan inovatif, diperlukan guru yang memiliki keinginan untuk terus berinovasi.

Kolaboratif

Seorang guru harus mampu berkolaborasi dengan baik. Tidak hanya dengan rekan kerja, namun juga dengan peserta didik, sehingga pembelajaran yang dihasilkan menjadi baik dan menyenangkan.

Apabila semua guru memiliki nilai-nilai Berakhlak, maka, contoh kejadian di Kalimantan, tidak akan terulang lagi.

Penulis adalah guru SMKN 1 Cianjur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun