Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lelaki Perkasa di Kemiskinan Ekstrem

10 November 2024   08:25 Diperbarui: 15 November 2024   09:31 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanah yang ditempati gubuk deritanya adalah milik pemerintah. Untuk bedah rumah saja begitu sulitnya karena syarat untuk membangun rumah layak huni harus status kepemilikan sendiri. Ini masalah krusial.

Alasannya, bapak yang nampak lusuh itu akibat memang tidak punya lahan sendiri. Jadi, ingin cari nafkah di lahan sendiri susah malah bapak itu akan biasa-biasa hidupnya saat bekerja sebagai nelayan atau buruh pembudi daya rumput laut. 

Mengimajinasikan punya perahu nelayan lebih dari cukup agar tidak kandas harapannya sampai dia ketahuan ternyata memanfaatkan tali-temali rumput laut yang tergeletak di depan gubuk reoknya.

Akibatnya, mereka tak peduli apakah dikampanyekan saat pemilihan umum atau ratusan milyar digelentorkan untuk orang miskin ekstrem. Apakah ada tanda tangan dari bos atau terbangun jembatan tol, mereka ogah dengan pidato berkobar-kobar. Yang penting bagaimana mereka bisa menikmati hidup ini dengan apa adanya.

Syukurlah di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan tidak ada fenomena gepeng, 'gelandangan dan pengemis'. Saya tidak tahu, apakah ada data tentang potensi gepeng.

Sejauh ini dan tidak diharapkan muncul generasi-generasi yang bermental pengemis. Karena jika ada akan menambah beban daerah untuk menanggulangi kemiskinan ekstrem yang tidak mustahil gelandangan dan pengemis menjadi program pengentasan tersendiri. Belum tuntas satu, muncul yang lain dan bisa-bisa makin kompleks masalahnya.

Cukup sudah stunting dan anak tidak sekolah yang beririsan dengan kemiskinan. Sudah jelas, kemiskinan ekstrem jadi isu strategis. 

Dibutuhkan tangan-tangan terampil dan berwawasan maju dari generasi muda. Jadi, sudah pasti mereka diantaranya dari lelaki perkasa, otak, jiwa, dan raganya. Iya kan?

Buktinya, saya dan tim yang lain nyaris tidak pernah menggugah semangat dan kesadaran eksistensial dari keluarga miskin ekstrem agar keluar dari kondisinya. Yang ada, apa sudah terima dan berapa lama dapat program bantuan atau berapa luas rumah mereka.

***

Hari-hari selama lebih tiga pekan, obsesi saya pada pejuang kehidupan lewat kegiatan monitoring tidak kendor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun