Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kaum Pencemooh Gagasan

30 September 2024   19:04 Diperbarui: 24 Januari 2025   22:13 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Taruhlah, andaikata ada yang muncul kaos bertuliskan "Adik Fufufafa" di salah satu akun X. 

Lalu, apakah Kaesang mengubah tudingan itu dengan gagasan di rompi atau kostum yang dipakai bertuliskan "Anak Mulyono Pewaris IKN," misalnya akan muncul cemoohan yang lain dari netizen

Saya kira, adanya gagasan IKN di kepala Kaesang lantaran dia adalah adik Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka agar Jakarta tidak rajin disebut sebagai pembanding. Yang satu mantan ibu kota, yang satu lagi sebagai ibu kota negara yang baru. Apakah memang wajah IKN bak "operasi plastik" untuk memiripkan dengan Jakarta. 

Dalam kondisi Jakarta seperti sekarang ini, lantas dari sisi dan wajah mana yang perlu diikuti? Apakah gedung pencakar langit, jalan tol, fasilitas umum, obyek wisata atau kota kelas dunia?

Jika IKN sebagai kota hijau, maka Jakarta harus menjadi kota bebas banjir dan jauh dari polusi udara, misalnya. Berarti IKN harus bebas banjir karena ikon kota hijau, bukan Jakarta yang pada akhirnya menjadi langganan banjir. Semestinya di IKN sebagai kota yang ditandai dengan hutan atau pohon-pohon yang hijau, rindan, dan sejuk dipandang mata.

Sementara itu, Jakarta kita bisa lihat sebatas "hutan beton" nyaris memenuhi kota dari segala penjuru. Sisanya, taman-taman atau hutan kota yang tidak bisa dijamin bisa bertahan lama sebagai wilayah resapan air. Ini sepintas gagasan tentang IKN.

Lain lagi, kritik atau cemoohan dari netizen setelah membaca selera desain dan pilihan warnanya, sungguh merepresentasikan gambar di rompi bertuliskan "Putra Mulyono" itu gaya kampungan, norak, dan tidak profesional. Apa yang mesti dibanggakan, 'yang katanya' sebagai upaya menampik narasi. 

Panas, panas, ah biarkan saja! Sebentar juga akan redah.

Coba saja, jika netizen bikin yang seperti rompi itu lebih baik kita ladeni juga dengan hal yang cukup sensasional, buat dia nggak bakalan berani untuk memajang kedua kalinya. Seperti halnya saat dia mencoba pakai tulisan di rompi atau jenis lainnya sengaja dipertontonkan di depan khalayak ramai. 

Ayo, coba lagi!

Sayangnya, kadangkala seseorang yang viralkan, eh dia juga yang kelojotan ketika yang dia viralkan itu dijadikan gimik. Entahlah, apa sesuatu yang baik dicoba kembali?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun