Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kaum Pencemooh Gagasan

30 September 2024   19:04 Diperbarui: 12 Oktober 2024   05:59 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Jurus pamungkas ala 'ilmu bela diri' melalui kaos bertuliskan "Korban Mulyono" tidak dijamin punya seni keindahan sebagaimana rompi bertuliskan "Putra Mulyono" tidak lebih baik untuk mengubah keadaan.

Padahal, masalah di balik peristiwa yang kasat mata sesungguhnya jauh lebih dalam dan luas. Andaikata bisa dibayangkan, sekian ribu hingga jutaan netizen tergoda menjadi kaum pencemooh, ada gaya Kaesang yang menggelikan seiring berapa parah masalah yang terjadi di negeri kita?

Memang benar, sebagian di antara mereka memiliki kemampuan logika dan analisis lebih dari cukup. Namun demikian, akibat terkondisikan dan terpaksa oleh keadaan, mereka memanfaatkan waktu untuk menyentil bahkan mencemooh, getol mengkritisi kebijakan, dan termasuk mati-matian mengejek gagasan kaleng-kaleng.

Sebagai pencemooh, netizen menghabiskan waktunya untuk memata-matai akun yang menampilkan Kaesang dan keluarga, yang mereka tidak senangi. Mereka menyalurkan kata-kata "pedas" dan mengoceh secara kontan telah berlangsung sejak "Anak Mulyono" sangat mengecewakan.

Begitu netizen melihat negeri kita dalam keadaan tidak baik-baik saja, di situlah mereka mencemooh. Jangan lupa. Di balik cemoohan demi cemoohan nyaris tanpa sepi sejauh mata dan telinga aktif bermain di medsos. Mereka ada karena mereka peduli. 

Coba netizen tidak mencemooh gagasan, mungkin kita tidak paham masalah yang menimpa seseorang dan masyarakat.

Dalam perjalanan netizen bagaikan algojo digital yang menghantui di tengah ramainya gagasan atau kabar menghebohkan (jika tidak bete habis). Mereka akan terjun di dunia medsos sesuai bidang yang minati masing-masing dalam tujuan yang sama, yaitu siap-siap mencemoohi anak-anak Mulyono. Maka mereka meluangkan waktu untuk mengabarkan aktivitas yang melibatkan Kaesang, entah itu nebeng teman dengan pesawat jet pribadi hingga rompi bertuliskan "Putra Mahkota." Selebihnya, dalam sebuah drama akan menyediakan waktu bagi netizen untuk melihat sejauh mana perkembangan episode berikutnya. Sudah tentu, netizen dan cemoohannya.

Lucunya, alasan 'nebeng teman' tampak tidak dibalas dengan postingan kaos atau sejenisnya dari netizen. Bisa jadi tidak dibalas mungkin karena gagasan berada di luar bentuk gambar, yang bertuliskan blablabla melalui kaos, rompi atau nongol di benda-benda.

Netizen sebagai pencemooh sebenarnya bisa mereka lancarkan ledakan sosial lewat medsos setelah ada gagasan di balik rompi bertuliskan "Putra Mulyono" andai mereka piawai dalam memilih momen yang tepat. 

Bukan mustahil, keterampilan netizen dalam mengelola isu di balik rompi bertuliskan "Putra Mulyono" sudah bisa diakal-akali oleh Kaesang dan gengnya. Itu pun karena cemoohan netizen sudah lebih dahulu "terbaca" dengan cara menyelipkan gagasan sebelum keterampilan Kaesang dan geng menguasai panggung atau dunia medsos.

Apa gunanya kaos bertuliskan "Korban Mulyono" jika sudah menelan korban bernama netizen sebagai pencemooh? Jika membalas dengan menggunakan energi lawan justeru jadi bumerang bagi dirinya sendiri. Lihatlah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun