Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bara di Tengah Penderitaan

10 Agustus 2024   12:05 Diperbarui: 21 Agustus 2024   09:19 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Soal jalan kaki ke sekolah, ada yang lebih jauh. Seorang siswa rela berjalan ke sekolah sejauh 5 Km. 

Yang kita salut pada Elsa soal semangatnya yang berkobar-kobar. Kita patut berterima kasih pada ibu sambungnya, yang selalu menyiapkan bekal, meski itu hanya ubi. Kita sangat bangga sama ibu.

Saat ini, mungkin tidak terlalu banyak berangkat sekolah dengan jalan kaki. Bagi kawan-kawan yang dulu ke sekolah di kota atau akses sekolah mungkin luar biasa. Tetapi, bagi mereka yang tinggal di pelosok itu hal luar biasa. 

Mereka masa kecil justru jalan kaki puluhan kilometer. Berangkat selalu pukul 4.00 subuh. Itupun tanpa bekal dari rumah, selalu mengandalkan buah-buahan, yang mereka dapat di jalan yang menembus hutan. Kondisi itu bahkan masih dialami peserta didik hingga sekarang.

Misalkan, jarak dari rumah ke sekolah dengan berjalan kaki 3,4 Km. Pulang-pergi dirata-ratakan 7 Km-an. Sampai dimana jauhnya? Jika dihitung langkah kaki. Katakanlah, anak perempuan seumur SMP kira-kira 60 sentimeter. Jadi, 1 Km sama dengan 1.000 meter kali 7 Km sama dengan 7.000 meter sama dengan 12 ribu-an langkah  (1 meter = 100 sentimeter). Ini sekadar selingan saja dengan hitungan ecek-ecek.  

Kita sadar, pengalaman siswa berjalan kaki sungguh banyak untuk dituangkan dalam catatan kisah sedih. Cukup yang mewakili saja melalui kisah sedih Elsa. Kisah berjalan kaki ke sekolah dan sekitarnya.

Begitu sangat kontrasnya ketika kita membandingkan antara sepeda dan mobil mewah demi menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-79 tahun, di IKN, Kalimantan Timur. Untuk tarif sewa mobil saja secara normal dari merek Toyota Fortuner sekitar 5 juta per hari. Minibus Toyota Hiace sebesar 15 juta per hari dan yang ingin menyewa Toyota Alphard menanjak sebesar 25 juta per hari.

Wow! Dalam sehari kita bisa melek matanya; melihat betapa sulitnya kehidupan rakyat saat ini. Inilah sebagian kecil potret kehidupan rakyat dalam kisah sedih.

Tidak apa-apa Elsa, itu akan membuatmu lebih kuat secara mental dalam menjalani hidup susah. Yakinlah, Elsa tidak mudah mengeluh karena sudah terbangun mental baja dan fisikmu yang prima. 

Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Sukses masa depanmu Elsa! Raihlah cita-citamu setinggi langit!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun