Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bara di Tengah Penderitaan

10 Agustus 2024   12:05 Diperbarui: 21 Agustus 2024   09:19 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Bayangkan, kepala keluarga yang sakit-sakitan dan ibu sekadar rumah tangga akan memengaruhi kondisi Elsa di masa mendatang. Untuk itulah diperlukan panggilan jiwa dan uluran tangan mulia dari berbagai pihak untuk membantu keluarga yang terhimpit hidupnya. 

Nyatanya, Elsa menjadi harapan keluarga. Dia bisa melanjutkan sekolah sampai ke jenjang pendidikan berikutnya.

***

Diakui, memang masih banyak Elsa-Elsa yang lain. Ironinya, oknum pejabat sibuk memperkaya diri. 

Mata hati mereka tumpul untuk melihat kesusahan rakyat.

Aneka ragam kondisi yang serupa dengan kisah sedih Elsa. Masih ada ratusan bahkan ribuan peserta didik yang berjalan kaki dengan menempuh jarak lebih 3,4 KM. Ada sampai 5 Km untuk sampai ke sekolah. Ayo angkat tangan! Siapa yang pernah berjalan kaki berkilo-kilo meter ke sekolah? 

Oh iya. Saya juga berpengalaman jalan kaki sejak duduk di bangku SMP. Hanya 2 Km jarak tempuh dari rumah ke sekolah. Setiap hari, kecuali Minggu.

Belum seberapa itu. Ada yang berjalan kaki 7 Km untuk sampai ke sekolah. Dia melewati jalan terjal, jurang, dan menanjak. 

Di awal tahun 2000-an, seseorang atau lebih berjalan kaki sekitar Km. Berangkatnya pukul 3.30 sampai pukul 7.00.

Nasib sesama, seseorang dulu waktu SMP juga begitu. Berjalan kaki ke sekolah, pergi dan pulang. Dia sering begitu karena tidak punya uang saku dan sarapan juga, yang penting ada nasi; itupun masak sendiri masih lagi menghidupi dua adik. Pagi-pagi buta masak nasi pakai tungku sambil mandi adik, mencuci dan siap-siap ke sekolah. Pulang sekolah, lapar. Pulang lewat sawah. Cari apa saja, yang bisa dimakan termasuk timun atau tomat. Kadangkala ketemu telur bebek, tidak sering mencari sisa-sisa panen cabai untuk dibuat sambel setelah sampai di rumah. Pokoknya, anak sekolah mensyukuri karena masih diberi hidup, sehat dan rezeki.

Susah bercampur lucu. Dekade 80-an seseorang berjalan kaki ke sekolah gara-gara tidak punya uang saku dan uang jajan. Saat haus, minum air sumur. Tidak punya tas, jadi pakai keresek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun