Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menambang karena Tragedi

30 Juli 2024   09:38 Diperbarui: 30 Juli 2024   12:58 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar dua hari sebelum kegiatan Konsolidasi Nasional telah terjadi tragedi mengharukan di hutan belantara Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

Ada empat orang warga yang mengakses rezeki sebagai pekerja tambang ilegal. Ternyata, kilauan emas tidak segelap perut bumi yang menimpa pekerja tambang. Mereka tertimbun oleh tanah longsor. Dikabarkan keempat pekerja tambang itu tidak terselamatkan nyawanya.

Demikian halnya tragedi memilukan yang mengakhiri hidup para penambang di Banyumas. Sudah jelas, para pekerja tambang di lubang Dondong mengalami kebocoran air pada kedalaman 20 meter. Delapan pekerja tambang di lubang Bogor rupanya terjebak di kedalaman 50-60 meter. Tidak terkira lagi, mereka tewas akibat tidak bisa menyelamatkan diri dari hempasan air dan mengurungnya dari kedalaman puluhan meter.

Apa kaitannya dengan pandangan dan sikap Muhammadiyah dan NU yang menerima izin tambang? Saya kira, semua peristiwa tragis bukan hanya hari naas bagi pekerja tambang.

Di mata kedua organisasi keagamaan tersebut secara sangat teliti dan kajian yang mendalam tentang apa dampak buruk usaha tambang. Mereka tahu jika selama ini pengelolaan tambang telah menimbulkan kerusakan parah di sini dan di sana.

Sudah berapa korban dan kerusakan alam yang ditimbulkan oleh usaha tambang yang tidak terbayangkan. Data dan informasi sudah ada di tangan ormas. Tambang dengan segala sudut pandang mereka sudah dijajaki di lapangan.

Jejak-jejak tragedi para pekerja dengan data pertambangan menjadi bagian dari analisis yang mendalam. Telaah kritis terhadap perubahan berpikir  ditujukan pemilik tambang, termasuk pemodal yang dinilai biang kerusakan lingkungan hingga tambang sebagai pemicu asam karbon yang tinggi.

Nyatanya, apa yang menjadi ketidakpercayaan dan olok-olokan nitezen dan publik lebih dari fakta dan pengalaman seputar tambang terlanjur merasuk di kepalanya soal tambang sebagai sesuatu yang mengerikan. Itulah mengapa masyarakat terpelajar dan aktivis lingkungan mengecam habis industri pertambangan yang dikelola tanpa panduan nurani.

Banyak sekali sorotan dan olok-olok di ruang medsos. Sejak kemarin, sudah wanti-wanti ke teman-teman. Siap-siap Muhammadiyah nambang, siap-siap juga dicemooh, dinyinyir, dan kritik lainnya. Meskipun Muhammadiyah dan NU punya niat baik untuk mengambil-alih usaha  tambang dari tangan mafia atau oligarki "hitam," tetapi netizen sudah terlanjur kecewa berat.

Berbagai sorotan dan olok-olok di zaman medsos tidak ada bisa interupsi. Coba kita lihat dalam kalimat-kalimat yang serupa muncul di medsos.

"Dipisahkan Tahlil. Disatukan Bahlil." "Di ujungnya, semboyan Bhinneka Tunggal Ika bisa diwujudkan dalam kenyataan. Berbeda ormas, satu tambang." "NU dan Muhammadiyah sedang memancing dua ikan yang berbeda dengan satu umpan yang sama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun