Sekarang, iklan minyak goreng diungkapkan dengan tanda kelezatan lantaran minyak goreng Bimoli terlibat langsung. Maaf kawan, saya tidak promosi produk! Â
Lantas, tanda-tanda lenskapik dan bio-semiotis (jejak-jejak manusia, flora dan fauna) yang dikaitkan dengan selera yang sederhana (kegairahan dan teror sensasi dari iklan masakan) itu sendiri. Maka selera pun turut menyesuaikan dengan iklan Bimoli, misalnya.
Dapat ditekankan rahasia selera dan di dalam daya persuasif dari teks iklan Bimoli tidak memberikan satu kali ayunan. Tanda kritis ada diluar pikiran yang menubuh (minyak goreng Bimoli dimainkan oleh sosok Chef. Atau ibu dan Anda sendiri). Percaya? Ayo bisa!
Pokoknya, iklan menciptakan selera, hasrat, dan kesenangan. Ketiganya muncul lewat layar media daring dan medsos.
Sebagaimana asal-usul kenikmatan dan kemenangan ditandai dengan bidang cembung, datar dan cekung. Ia bukan lagi menjadi titik teror cermin dibalik tatanan geometris, tetapi resapan dan pantulan selera.Â
Kenikmatan dari iklan dan kemenangan adalah pembacaan, cetakan, daj keberanian sebagai gairah yang terbebas selalu disatukan dan dipisahkan dengan tanda-tanda kehidupan sehari-hari.
Kekaguman pada tubuh diletakkan dalam gairah kuno. Layaknya nafsu, warna, cita rasa, dan citra melipatgandakan strategi penjinakan tubuh bisa lewat iklan Bimoli. Akibatnya, hasrat atas Bimoli dan tubuh di antara titik koordinat yang terdekat penderitaan dan kesenangan.Â
Namun demikian, titik koordinat hasrat dan tubuh menjauhi titik buta dalam tulisan dan pembacaan melalui tubuh. Lewat iklan. Anda boleh saja suka "goreng-gorengan" politik.
Untuk gorengan dari minyak kemasan sejenis Bimoli berbeda permainan lidah dan kerongkongan yang dimainkan oleh politisi, bukan? Mainkan bro! Digoreng-gorenglah, usah khawatir!Â
Toh, hidung dan lidah kita tidak bisa dikibuli. Coba saja kawan! Atau ada hidung dan lidah yang lain ya?
Begitulah tubuh, sebagian ingatan dan citra dihadirkan dalam suatu kekerasan pikiran dan sebagian yang lain dicari dalam iklan Bimoli. Saya kira, demi hasrat, kesenangan, kemurniaan, dan kesamaran bercampur-aduk dengan iklan. Berkat gairah, sekecil apapun, maka pengetahuan pun lahir.Â