Syukurnya juga karena kawan-kawan bukan bangsa selegram, yang doyan bikin caption ecek-ecek sambil gemoy-gemoy saja dapat hiburan gratis.
Agar khayalan berahi tidak tumbuh liar di kepala, maka saya lewatkan foto selain foto warga Palestina. Saya bukan sekali atau dua kali memandangi foto tangis pilu hingga warga Palestina yang terbunuh akibat serangan Israel.Â
Dari propaganda Israel dan isu Hamas adalah ciptaan Israel pun saya temukan di media onlen. Bahkan puluhan akun medsos, terutama di X turut memperkaya referensi saya untuk menulis tragedi kemanusiaan di Palestina dan genosida yang dilakoni oleh Israel.
Apa diantaranya propaganda Israel di medsos? Yang sering digembar-gemborkan oleh Israel itu isu antisemitisme dan pro Hamas.Â
Kedua isu itulah sebagai senjata psiko-politik ideologis yang dihembuskan pada pihak yang mengkritik Israel hingga di wilayah terpencil di jagat medsos.
***
Tentu saja berbeda dengan postingan lain di medsos. Seorang kawan munculkan status di Facebook, yang kontennya seputar jeritan anak-anak Palestina karena kehilangan orang tuanya. Begini bunyi keterangan di video.
 "Anak-anak Rafah ini mengumpulkan sisa daging keluarga mereka, setelah pengeboman tadi malam." Ada lagi foto si bocah yang memegang piring. Anak yang wajahnya robek, berantakan. Super ngeri.
Selintas, hitung-hitung kiriman status dari kawan berjumlah lebih dari tiga foto korban konflik Israel dan Hamas, di Gaza, Rafah, dan tempat lainnya. Tidak sempat juga menanyakan ke kawan, entah dari mana foto ngeri dan ratapan anak-anak Palestina dicomot. Saya hanya tersenyum.
Tetapi, selemah-lematnya dukungan ke Palestina, bentuk keprihatinan yang mendalam hingga kecaman pada Israel itu sudah lumayan. Daripada acu tak acuh, tutup mata dan telinga, mending merasakan penderitaan warga Palestina.
Paling tidak juga lewat tulisan di media onlen sebagai wujud dukungan ke Palestina. Menumpahkan keluh kesah yang tidak ada hubungannya dengan foto kekejaman Israel atas warga Palestina yang viral di medsos itu tidak lebih dahsyat.