Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Apa yang Aneh di Depan

25 Mei 2024   18:49 Diperbarui: 29 Mei 2024   06:43 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo PWF dan Penulis (Sumber gambar: Tempo.co dan Dokpri)

Pangan atau kalori tanpa air membuat kita kedodoran. Untuk menyuapi anak-anak miskin tidak hanya perut, juga air yang bersih dan sehat turut melancarkan proses pencernaan dalam tubuh.

Memang betul, merahi kebahagian jauh lebih repot daripada penderitaan. Sesuap nasi atau sepotong roti tidak cukup untuk membungkam penderitaan. 

Bagi kaum Epikurian dan Utilitarian sudah terpatri dalam benaknya, bahwa kebahagian adalah hilangnya rasa sakit. Apa juga gunanya pangan lebih dari cukup dinikmati tanpa ketahanan air yang bersih dan sehat.

Menahan rasa lapar seiring menahan rasa haus karena air belum membasahi kerongkongan. Alangkah naifnya kebahagian jika air tidak terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian halnya WWF 2018, di Brazil mirip dengan WWF 2024, di Bali, Indonesia tidak luput dari protes para pegiat lingkungan terhadap privatisasi air. 

Kita tahu, air menciptakan rantai ketergantungan manusia dan bumi. Air juga membuat kecipratan hidup dalam kebahagian. Tanda kebahagian tidak dipisahkan dengan air.

Temuan saat ini tentang pentingnya air dalam kehidupan yang diselingi dengan krisis air, sehingga air dinilai sebagai biang dari 10 peristiwa iklim yang berhubungan dengan air. Anda mungkin dan saya pernah menyaksikan bagaimana susahnya orang mengangkut air dari kejauhan tatkala terjadi musim kemarau berkepanjangan. Menyangkut bencana banjir itu lain lagi ceritanya.

Ada lagi tantangan yang kita hadapi ke depan membuat kita termenung. Tantangan masa depan sedikit diiringi rasa was-was mengintai kita sebagaimana kebahagian ingin dikejar oleh orang masih membutuhkan air. Apa itu?

Diperkirakan pada tahun 2050, sekitar 3,2 milyar orang akan dilanda kelangkaan air yang gawat. Tentu saja, kelangkaan air yang parah itu tidak pukul rata berlaku di seantero bumi.

Kemungkinan-kemungkinan langkahnya air akan menimpa di luar negara Ghana, Liberia, dan Sierra Leone, seperti Timor Leste dan Indonesia.

Dari pemihakan yang jernih, sejenis air dari mata air atau air dari gunung membuat pegiat air untuk rakyat ingin berbagai suka duka di antara sesama. Satu diantaranya dengan jalan protes yang membangun atas agenda WWF yang spektakuler. Saatnya kita menyebarkan kebahagian, diantaranya berbagi air bersih dan sehat untuk semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun