Siswa atau remaja kepincut terhadap barang yang sudah dikenalnya melalui gambar porno, yang tersembunyi di balik fantasi berahi. Satu-satunya keberanian seksual dari siswa sekolah menengah atau anak remaja yang sudah puber adalah jual beli video porno.Â
Sekali lagi, siswa sekolah menengah karena polosnya tidak mau tahu terlarang atau legal dalam transaksi pasar video porno anak-anak. Siswa sekolah menengah baru mengalami kenikmatan kecil dari video porno.Â
Mereka masih ada jarak dengan bunyi desahan, erangan, dan adegan syur. Siswa sekolah menengah atau anak remaja tidak nakal dan bukan korban jual beli video porno.
Tetapi, mereka korban dari ketidakterusterangan seksual saat usia remaja sedang mengalami rangsangan dan tantangan dalam dirinya sendiri. Dunia pendidikan sisa membuka tabir kegelapan yang sebetulnya bukan dari video porno, melainkan datang dari kealpaan untuk memahami siapa dirinya dan siapa yang berada di sekitarnya. Tentu dalam hal ini, faktor orang tua dan lingkungannya.
Hemat saya, yang menjadi korban bukan dari siswa sekolah menengah atau anak remaja, melainkan pembuat dan penjual video porno anak-anak. Saya yakin, pembuat dan penjualnya yang terjerumus dalam kejahatan kreatif. Andaikata tidak ada video porno mustahil terjadi delapan anak sebagai sasaran pemuasan seksual jaringan internasional.
Jangankan dunia luar nyaris tanpa batas, sedangkan lingkungan siswa sekolah menengah saja belum kenal luas. Mengurus diri siswa saja sudah repot, apalagi tergila-gila dengan hal-hal yang menipu diri sendiri.
Jadi, apa yang bisa kita katakan. Kejahatan kreatif lewat pornografi memakan korban dirinya sendiri. Sebagaimana bukan dandanan seksi si fulan, melainkan otak mesum Anda.Â
Begitu pula, bukan siswa sekolah menengah atas sebagai korban pornografi, kecuali korban kecabulan yang diciptakan oleh video porno menimpa pembuat dan penjual video porno itu sendiri. Video porno menelan korban dari obyek nyatanya sendiri.Â
Pembuat dan penjual adalah korban dari dunia nyata melalui video porno. Dari tamatnya ilusi tanpa batas dengan dunia nyata pornografi melahap korban dirinya sendiri. Waspadalah! Kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H