Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Usah Terlalu Baper Jika Presiden Berkampanye

26 Januari 2024   10:33 Diperbarui: 1 Februari 2024   16:01 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oh, begitu, bro! Kalau tidak percaya, silahkan kita bolak-balik membaca aturan main yang memungkinkan presiden dan pejabat negara lainnya bisa berkampanye.

Jangan-jangan pernyataan Jokowi tersebut hanya permainan. Wah wah, pantasan tis mainannya! Ya, fantastis maksudku. Tahulah, mendongkrak elektabilitas calon presiden dan wakil presiden agar bisa menang satu putaran bukan lewat press ban. Bisa lebih payah nih; wele-wele ia bukan tambah angin, gaes! 

Eh, sebut dong siapa nama capres dan cawapresnya, biar warganet tidak kepo setengah mati? Prabowo dan Gibran kan yang dimaksud antum? Orang tua siapa yang tidak sayang anak? Sayang anak, sayang anak melebihi aturan main menjadi satu motif "mini" di balik skenario jumbo, sehingga Jokowi beralasan untuk berkampanye dan memihak kepada satu pasangan calon.

Siapa juga yang tega menelantarkan anaknya di pusarat politik pemilihan presiden. Jangankan di arena politik, urusan periuk nasi sehari-hari pun menjadi tanggungjawab orang tua. Kita melihat Jokowi mustahil diam terpaku melihat anak kandungnya Gibran Rakabuming Raka bertarung sendirian. Ada memang tim atau relawan Gibran, tetapi berapa besar kekuatannya.

Dari sini, ada efek Jokowi menjadikan kekuatan Prabowo-Gibran berlipatganda dalam politik pemilihan presiden. Jadi, sekiranya ada Jokowers, ada pula Gibraners atau Gibran lovers. Coba lagi kita lihat, terutama di daerah-daerah, malah pejabat, seperti bupati atau walikota maupun kepala dinas lebih mementingkan anak-anaknya agar menjadi pegawai atau menduduki jabatan tertentu. Kalau mereka pantas dan berkompeten, mengapa tidak?

Begitulah yang sering kita dengar dan menyaksikan kejadian serupa. Apalagi kalau cuma perusahaan keluarga. Nah, orang pasti membantah soal urusan pribadi atau keluarga sangat berbeda dengan urusan dinas.

Sorotan tajam pada Gibran lebih berat soal etika daripada logika politik. Buktinya apa? Berbagai serangan dan nyinyir dari pihak lain pada Prabowo-Gibran justeru mereka bertambah bersinar.

Elektabilitas mereka lebih unggul atas kompetitor lainnya, Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. Baik itu hasil rilis lembaga survei maupun versi pilihan riil dari masyarakat luas akan membuat kita melongoh sekaligus tersenyum hingga dongkol. Itulah fakta dan kenyataan yang kita hadapi. 

Semakin sering pihak lawan mengoceh, menyerang bahkan kritik intelektual terhadap Prabowo-Gibran justeru tidak membuat elektabilitasnya ambyar. Suara dukungan kepada mereka tidak terpelanting, malah semakin terpenting. Jokowi, Prabowo dan Gibran sisa butuh enam sampai empat persen mendekati satu putaran. Hea, hea!

Meskipun Jokowi sebagai presiden, dia tetap memilih urusan keluarga itu nomor wahid. Kebijakan dan blusukan Presiden Jokowi berjalan sudah klop dengan perkara capres-cawapres yang didukungnya. 

Urusan pemerintahan atau pembangunan seantero Indonesia tidak berarti kurang perhatian dari seorang presiden. Urusan keluarga ditangani sebagaimana urusan negara ditunaikan. Sejauh ini, kita tidak bermaksud membela pada Prabowo-Gibran atau memihak paslon lainnya. Atau jangan berprasangka macam-macam dulu. Kita lihat saja tanggal mainnya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun