Maka tibalah saatnya tahapan penyusunan pendahuluan laporan hasil monitoring dan evaluasi. Sebelum tahapan itu, ada suasana yang jarang dijumpai di tempat lain. Apakah itu?
Beruntung, kawan-kawan Tim tidak kesiangan untuk memulai tugas selama sepekan. Kami sebagai orang kantoran kerap ditantang dengan tugas. Apalagi kegiatan monitoring dan evaluasi sebagai tugas pokok kami. Kami berhitung hari. Hari pertama, kami sudah gaspol melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi di lapangan.
Begitu pula pada hari kedua, hari ketiga, hari keempat, hari kelima hingga hari terakhir pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi. Semua Tim nampaknya menikmati kegiatan tanpa pantang menyerah.
Awalnya, kami siapkan bahan kegiatan hingga kami agak sempoyongan. Seorang kawan dari salah satu Tim bersiap siaga meluncur seakan "jam weker berjalan" lewat ponselnya. Dia mengingatkan kami untuk gercep. Toh, sejak pagi kawan setim sudah memanggil.
Setelah kami mengecek satu per satu bahan keperluan kegiatan monitoring dan evaluasi karena khawatir ada yang ketinggalan. Bersama Tim memang tidak cukup rempong selama perjalanan kegiatan. Cuma ibu-ibu setim butuh sedikit waktu untuk berhias sebelum berangkat menuju lokasi monitoring. Ayo, kawan-kawan mumpung masih pagi! Akhirnya, kami segera otewe ke lokasi.
Semoga saja kami tidak ogah mendengar panggilan kawan setim di ponsel. Ternyata saya baru tahu kalau kawan setim selalu sigap di tengah hawa panas di luar.
Tetapi, apa banyolan kawan setim untuk abai dengan hawa panas? Katanya, miskin ekstrem rasa es krim. Terdengar kocak gara-gara kemiskinan ekstrem diplesetkan es krim. Ucapan itu bikin ngakak sejenak. Sekali waktu kawan setim sempat mendapat bonus kata "es krim" dari responden, KK miskin ekstrem. "Keseleo lidah" mungkin dalam penyebutan ekstrem. Kami pun cukup terhibur dengan canda tawa kawan setim sejak bergeser ke lokasi monitoring yang lain.
Singkat cerita, usai pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi muncul pertanyaan. Proses dan tahapan apalagi? Di mulai dari mana laporan hasil monitoring dan evaluasi?
Kita mulai dari Bab Pendahuluan. Bab tersebut sebagai pembuka jalan bagi Bab berikutnya. Setiap Bab dalam laporan diharapkan terjalin kelindan dari satu Bab ke Bab lainnya, yang dapat diutarakan secara tertulis. Baiklah, kita mulai dari Bab Pendahuluan.
***
Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu dari 212 kabupaten/kota di 25 provinsi di Indonesia yang dikategorikan sebagai Kabupaten/Kota Prioritas Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem Tahun 2022-2024 (Kepmenko-PMK RI No. 25/2022). Kabupaten Jeneponto terdiri dari 11 kecamatan dan 113 desa/kelurahan.Â
Dari jumlah kecamatan dan desa/kelurahan, terdapat 7 (tujuh) kecamatan pesisir, 82 desa, dan 31 kelurahan. Dalam wilayah desa dan kelurahan tersebut terdapat rumah tangga miskin (RTM/KK) dan penduduk miskin (jiwa) berdasarkan desil satu, desil dua, dan desil tiga. Prioritas dan fokus program percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem pada Desil 1 (satu) secara nasional.
Menurut data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) Kabupaten Jeneponto Tahun 2023 setelah tahapan verifikasi dan validasi akhir menyatakan bahwa jumlah kepala keluarga (KK) miskin ekstrem berdasarkan Desil 1 (satu) sebesar 1.165 KK (Tabel 1). Kecamatan Bangkala Barat dengan 14 desa/kelurahan merupakan tertinggi jumlah kepala keluarga miskin ekstrem sebanyak 344 KK.
Sementara, Kecamatan Arungkeke dengan 7 (tujuh) desa merupakan terendah jumlah kepala keluarga miskin ekstrem sebanyak 20 KK. Data rumah tangga miskin dan penduduk miskin tersebut memiliki karakteristik dan permasalahan kemiskinan ekstrem yang berbeda. Antara satu desa dengan desa Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) diperlukan intervensi program dan kegiatan berdasarkan Desil 1 (satu) dengan kriteria/indikator kemiskinan ekstrem yang paling dominan.
Kabupaten Jeneponto menjadi daerah prioritas percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem karena beberapa faktor penyebab, antara lain:
Pertama, Akses terhadap sumber ekonomi. Hambatan struktural terhadap sumber mata pencaharian merupakan penyebab utama kemiskinan ekstrem sulit untuk dihapuskan. Pemenuhan kebutuhan gizi seimbang dan hidup sehat.Â
Kurang gizi membuat kondisi penduduk miskin ekstrem mengalami pertumbuhan intelektual yang lambat dan menjadi kurang produktif. Selain itu, kurangnya pemahaman pentingnya hidup sehat dan ketiadaan jaminan kesehatan membuat mereka rentan terhadap guncangan ekonomi akibat kondisi kesehatan.
Kedua, Akses dan informasi tentang pendidikan. Keterbatasan akses dan informasi pentingnya pendidikan menghambat individu untuk memperoleh pendidikan formal maupun informal. Hal ini menyebabkan mereka kurang mempunyai keterampilan dan kemampuan berkompetisi di pasar kerja.
Menghadapi tantangan masa depan, Kabupten Jeneponto mesti mempersiapkan sumberdaya manusia (SDM) yang memiliki daya saing unggul. Kabupaten Jeneponto harus meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama bidang pendidikan, kesehatan, dan bidang pelayanan lainnya.
Ketiga, Akses infrastruktur dan transportasi. Keluarga miskin ekstrem mempunyai akses yang terbatas terhadap infrastruktur dasar dan layanan transportasi yang menyebabkan rendahnya produktivitas. Sebagai contoh, kesulitan akses jalan yang baik dan transportasi murah membuat petani kurang berdaya saing untuk menjual produknya sehingga pendapatannya rendah.
Keterbatasan prasarana dan sarana (infrastruktur), akses informasi dan komunikasi, pendidikan, kesehatan, usaha produktif dan bidang pelayanan lain sekurang-kurangnya dapat mengurangi kesulitan untuk menggerakkan aktivitas sosial dan ekonomi.
Keempat, Ketidaksetaraan gender. Peluang ekonomi perempuan dibatasi oleh akses yang tidak setara terhadap kepemilikan aset ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan yang dibayar. Di lain pihak, perempuan memiliki tanggung jawab lebih besar untuk merawat keluarga, upah lebih sedikit dibanding laki-laki, menabung lebih sedikit, dan memiliki pekerjaan yang jauh lebih tidak aman.
Kelima, Lansia dan Penyandang Disabilitas. Penduduk lanjut usia dan penyandang disabilitas, terlebih yang tinggal sendiri, sangat rentan menjadi miskin ekstrem karena tidak mempunyai pekerjaan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan layak.
Selain itu, faktor penyebab kemiskinan ekstrem di Kabupaten Jeneponto, diantaranya: Geografis. Umumnya secara geografis daerah dijangkau sekalipun letaknya jauh di pelosok, perbukitan/dataran tinggi, pesisir, dan pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga tidak mudah dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media komunikasi.
Sumberdaya Alam (SDA). Disamping itu, Pemerintah Kabupaten Jeneponto mampu menangkap peluang, mengeksplorasi dan mengoptimalkan pengelolaan potensi SDA meliputi lahan produktif dan kurang kurang produktif. Melambatnya perkembangan ekonomi secara kuantitatif dan kualitatif sebagai faktor penting dan strategis turut memicu rendahnya manfaat dan dampak pengelolaan SDA bagi peningkatan kesejahteraan penduduk miskin.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap TPB. Kurang terciptanya tatanan kehidupan (sistem) dalam percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem dalam kaitannya dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Prioritas percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem sejalan dengan amanat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk pada tahun 2030. Melemahnya tatanan global yang adil dan damai serta tergerusnya peran dan tanggungjawab di bidang pembangunan sosial, ekonomi, lingkungan hidup, infrastruktur, budaya, politik, dan pemerintahan.
Kebijakan Pemberdayaan. Terpinggirkannya peran rumah tangga miskin dalam proses pembangunan. Keluarga miskin bukan sebagai subyek pembangunan. Pola pembangunan "dari dalam keluar" (empowerment from within) harus ditingkatkan dalam pembangunan. Rendahnya kualitas penghayatan keagamaan, intelektualitas, dan kapasitas sosial terhadap penghapusan kemiskinan akan memengaruhi perkembangan fungsi-fungsi kekuatan sosial dan kelembagaan pemerintah, swasta, dan masyarakat (civil society) secara bersama-sama melakukan pemberdayaan masyarakat terutama rumah tangga miskin.
Diantara faktor penyebab penghambat kemajuan tersebut, beberapa faktor penyebab dominan yang ditengarai di Kabupaten Jeneponto, yakni: akses terhadap sumber ekonomi, sumberdaya manusia dengan akses dan informasi tentang pendidikan, akses infrastruktur dan transportasi, dan kebijakan pemberdayaan masyarakat.Â
Sebagai konsekuensi logis dari berbagai faktor tersebut menjadikan sumberdaya manusia dituntut untuk mengelola kapasitas dirinya melalui identifikasi dan optimalisasi ragam potensi yang dimilikinya. Pemahaman tentang faktor-faktor penyebab tersebut diharapkan menjadi wujud peran aktif dari seluruh pemangku kepentingan dalam menjawab berbagai permasalahan kemiskinan ekstrem di Kabupaten Jeneponto.
Rendahnya tingkat aksesibilitas dan pemerataan program dan kegiatan pembangunan Kabupaten Jeneponto memegaruhi, diantaranya kondisi sosial ekonomi rumah tangga miskin, dimana beban pengeluaran dan rendahnya pendapatan berdampak pada pemenuhan kebutuhan pokok serta saya dukung rumah tangga miskin dalam kegiatan produktif.
Dari hal-hal seperti dikemukan di atas menunjukkan bahwa permasalahan kemiskinan ekstrem begitu kompleks perlu mendapat perhatian serius dalam pembangunan, di antaranya adalah rendahnya aksesibilitas, kualitas, dan pemerataan ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, transportasi, dan pengelolaan sumberdaya alam.
Selain bantuan sosial, program khusus, dan program daerah untuk mengatasi penyebab kemiskinan ekstrem, maka Kabupaten Jeneponto membutuhkan sumber pembiayaan Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan dana transfer untuk meningkatkan produktivitas bagi rumah tangga miskin ekstrem.Â
Karena itu, tuntutan yang mendesak melalui upaya-upaya sistematis dan terencana untuk mendukung program percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem, diantaranya dukungan fasilitasi dana. Selama ini, kapasitas keuangan Kabupaten Jeneponto relatif rendah, sehingga membutuhkan sumber pendanaan dalam rangka mendukung pelaksanaan rencana program percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem hingga di desa/kelurahan.
Jumlah Kepala Keluarga Miskin Ekstrem Kabupaten Jeneponto setelah tahapan verifikasi dan validasi data akhir Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) Desil 1 (Satu) Kabupaten Jeneponto Tahun 2023 seperti Tabel  1.
Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga Miskin Ekstrem (Desil 1) Kabupaten Jeneponto Tahun 2023
No
Kecamatan
Desa/Kelurahan
JumlahÂ
Kepala KeluargaÂ
Miskin Ekstrem
Desil 1 Akhir
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Bangkala
Benteng
5
Pallengu
4
Pantai Bahari
1
Bontorannu
3
Pallantikang
11
Kalimporo
11
Punagayya
7
Mallasoro
10
Kapita
23
Marayoka
Jenetallasa
36
Tombo-Tombolo
Gunung Silanu
3
Bontomanai
14
Jumlah KK Miskin Ekstrem
128
2
Bangkala Barat
Bulujaya
28
Banrimanurung
53
Barana
32
Beroanging
64
Garassikang
54
Pappalluang
10
Pattiro
30
Tuju
73
Jumlah KK Miskin Ekstrem
344
3
Tamalatea
Bontotangnga
4
Tonrokassi
Tonrokassi Barat
3
Tonrokassi Timur
5
Tamanroya
Manjangloe
2
Borongtala
2
Bontosunggu
Turatea
4
Karelayu
Bontojai
Turatea Timur
Jumlah KK Miskin Ekstrem
20
4
Binamu
Pabiringa
26
Balang Toa
8
Balang
38
Balang Beru
6
Monro-Monro
41
Sidenre
10
Empoang
42
Empoang  Utara
4
Empoang Selatan
17
Biringkassi
29
Panaikang
1
Bontoa
5
Sapanang
3
Jumlah KK Miskin Ekstrem
230
5
Bontoramba
Bontoramba
7
Bulusibatang
Bulusuka
Balumbungan
Bangkalaloe
Baraya
1
Batujala
8
Datara
Kareloe
1
Lentu
4
Maero
2
Tanammawang
Jumlah KK Miskin Ekstrem
23
6
Batang
Togo-Togo
4
Bontoraya
Maccini Baji
7
Camba-Camba
9
Kaluku
3
Bungeng
Jumlah KK Miskin Ekstrem
23
7
Arungkeke
Bulo-Bulo
2
Arungkeke
5
Arungkeke Pallantikang
5
Palajau
Boronglamu
1
Kalumpang Loe
10
Kampala
1
Jumlah KK Miskin Ekstrem
24
8
Tarowang
Pao
3
Bontorappo
17
Tarowang
4
Allu Tarowang
47
Balang Baru
3
Balangloe Tarowang
6
Bontoujung
Tino
47
Jumlah KK Miskin Ekstrem
127
9
Turatea
Paitana
2
Mangepong
10
Bululoe
15
Bungungloe
4
Langkura
4
Kayuloe Timur
3
Kayuloe Barat
11
Jombe
9
Tanjonga
7
Pa'rasangang Beru
10
Bonto Mate'ne
20
Jumlah KK Miskin Ekstrem
95
10
Kelara
Tolo
5
Tolo Utara
Tolo Selatan
20
Tolo Timur
10
Tolo Barat
11
Gantarang
15
Bontolebang
Bontonompo
21
Â
Samataring
Tombolo
Jumlah KK Miskin Ekstrem
82
11
Rumbia
Rumbia
4
Lebangmanai
Bontomanai
1
Bontotiro
12
Loka
Tompobulu
1
Kassi
3
Jenetallasa
8
Pallantikang
10
Lebangmanai Utara
16
Bontocini
4
Ujung Bulu
10
Jumlah KK Miskin Ekstrem
69
Jumlah Keseluruhan
1.165
Sumber: Keputusan Bupati Jeneponto Nomor 100.3.3.2/401/2023 tentang Penetapan Hasil Verifikasi Dan Validasi Data Pensasaran  Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem Desil 1 (Satu) Tahun 2023
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya