***
Betulkah politik "panas" bisa diredah sufi?
Apa jadinya Prabowo Subianto dan Ganjar Prabowo tiba-tiba menjadi sufi? Betul. Sufi betulan. Mumpung keduanya diusung sebagai bakal calon presiden.
Bukankah tidak ada yang tidak mungkin di dunia politik? Paling seru jika Prabowo dan Ganjar berubah sufi membuat orang ketawa ngakak atau malah dicibir.
Di tengah saling menyerang antara pendukung bakal calon presiden begitu ramai diperbincangkan. Prabowo dan Ganjar bertemu di satu kegiatan yang sama. Prabowo sebagai Ketua Panitia, Ganjar selaku Gubernur Jawa Tengah, tuan rumah kegiatan.
Di luar sana, Prabowo dan Ganjar tentu ada haters-nya. Baik Prabowo dan Ganjar mungkin membuat lawan politiknya menjadi panas karena elektabilitasnya di papan atas. Hasil survei menempatkan Ganjar masih di atas dengan selisih dua digit dibandingkan elektabilitas Anies Baswedan. Lebih lagi unggulnya elektabilitas Prabowo atas Anies.Â
Percaya atau tidak, kredibel atau tidak. Begitulah hasil survei selama beberapa periode. Terlepas dari tidak percayanya para pendukung Anies. Meski di urutan buncit hasil survei, Anies tetap melangkah makin pede dan makin mantap.
Bagaimana cara meredah politik "panas?" Satu dari sekian caranya, yaitu politik ala sufi. Di mulai dari sekilas berita tentang World Sufi Assembly (WSA) Conference, Muktamar Sufi se-Dunia di Pekalongan tahun 2023. Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Muktamar Sufi Internasional (Multaqo Sufi Al-Alami), Selasa (29/8).
Muncul pertanyaan. Apakah sufi dan sufisme sebagai "pemadam kebakaran" politik "panas?" Politisi berkumpul dengan para ulama sufi berarti berfungsi untuk ngerem politik "adu domba," ujaran kebencian, politik identitas, dan semacamnya.
Jika kita tilik, Muktamar Sufi se-Dunia di Pekalongan, Jawa Tengah bukan peristiwa baru. Tahun 2019, pertama kali digelar Muktamar tersebut. Mengapa Muktamar Sufi se-Dunia dihelat menjelang Pilpres? Secara pribadi, saya bisa bertanya demikian. Saya sadar, mungkin publik menanyakan hal serupa. Kita tidak tahu persis apa alasannya. Apa yang melatarbelakanginya.
Sejak di bangku sekolah, informasi seputar ajaran tasawuf atau sufisme sudah kita pelajari. Pengetahuan tentang sufisme memberitahukan pada kita sebagai cara penyebaran Islam awal di nusantara. Penyebaran Islam nusantara oleh pedagang sufistik, sufi. Agak terdengar romantisme sejarah.Â