Dari benak seseorang mungkin mengatakan, selama masih ada kalangan mayoritas yang feminis memiliki kemampuan memimpin. Maka sejak itu pula terbuka peluang bagi setiap warga negara untuk mencalonkan setidaknya bakal calon wakil presiden. Hingga mereka digadang-gadang Bacawapres oleh Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (Bacapres) memang muncul ke permukaan.
Selama ini masih terjadi tarik ulur. Dari bursa Bacawapres dari wanita yang cukup bergema ke sosok yang redup dukungannya.
Lagi pula, semua Bacawapres dari wanita seperti Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Yenny Wahid disebut akan dipinang oleh Ganjar atau Anies dari kalangan mayoritas. Meski keduanya masih riuh rendah dilirik sebagai Bacawapres dari wanita, tetapi keduanya masih tetap dari kalangan mayoritas (maaf, dari segi agama dan etnis).
Paling tidak, Khofifah dan Yenny sempat bertengger di papan nama-nama Bacawapres Ganjar dan Anies. Terakhir, Yenny terjaring daftar Bacawapres Anies, yang tidak menyatakan bersedia.Â
Sebelumnya, Yenny pernah masuk bursa Bacawapres Ganjar. Alasan terakhir tidak ada "lampu hijau" karena baik Prabowo, Ganjar, dan Anies memiliki kedekatan dengannya.
Usai mengabaikan lirikan Bacawapres dari Anies, Khofifah malah "digombal" untuk mendukung Ganjar. Bisik-bisik dari kawan di daerah, Anies ingin dipaketkan dengan Khofifah.Â
Alasannya sama. Khofifah memiliki basis suara yang gede dari Nahdatul Ulama (NU), di Jawa Timur. Cuma itu alasan kawan saya. Lalu, ada komentar kawan yang lain lagi di grup WhatsApp. Terdengar kabar jika pihak Khofifah ogahan jika disandingkan dengan Anies.Â
Seloroh dari kawan, Khofifah itu orangnya Jokowi. Entahlah!
Cukup rasional juga alasannya saat masuk radar Bacawapres wanita, entah itu Khofifah maupun Yenny lantaran keduanya memiliki basis massa pendukung yang besar. Hanya karena Bacawapres wanita dijadikan semacam vote getter, 'pendulang' atau 'ceruk' suara dukungan dalam menghadapi kontestasi pemilihan presiden.Â
Khofifah dan Yenny sudah bukan rahasia umum dengan basis suaranya dari kalangan NU. Basis suara dukungan keduanya terutama di pulau Jawa.Â
Fakta berbicara, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Yusuf Kalla di periode pertama dan Presiden Joko Widodo dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin diperiode kedua yang berasal dari kaum Nahdiyin yang kental.