Lagi pula, semua Bacawapres wanita seperti Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Yenny Wahid disebut akan dipinang oleh Ganjar atau Anies dari kalangan mayoritas. Meski keduanya masih riuh rendah dilirik sebagai Bacawapres wanita, tetapi keduanya masih tetap dari kalangan mayoritas (maaf, dari segi agama dan etnis).
Paling tidak, Khofifah dan Yenny sempat bertengger di papan nama-nama Bacawapres Ganjar dan Anies. Terakhir, Yenny terjaring daftar Bacawapres Anies, yang tidak menyatakan bersedia. Sebelumnya, Yenny pernah masuk bursa Bacawapres Ganjar. Alasan terakhir tidak ada "lampu hijau" karena baik Prabowo, Ganjar, dan Anies memiliki kedekatan dengannya.
Usai mengabaikan lirikan Bacawapres dari Anies, Khofifah malah "digombal" untuk mendukung Ganjar. Bisik-bisik dari kawan di daerah, Anies ingin dipaketkan dengan Khofifah.Â
Alasannya sama. Khofifah memiliki basis suara yang gede dari Nahdatul Ulama (NU), di Jawa Timur. Cuma itu alasan kawan saya. Lalu, ada komentar kawan yang lain lagi di grup Whatsapp. Terdengar kabar jika pihak Khofifah ogahan jika disandingkan dengan Anies. Seloroh dari kawan, Khofifah itu orangnya Jokowi. Entahlah!
Cukup rasional juga alasannya saat masuk radar Bacawapres wanita, entah itu Khofifah maupun Yenny lantaran keduanya memiliki basis massa pendukung yang besar. Hanya karena Bacawapres wanita dijadikan semacam vote getter, 'pendulang' atau 'ceruk' suara dukungan dalam menghadapi kontestasi pemilihan presiden.Â
Khofifah dan Yenny sudah bukan rahasia umum dengan basis suaranya dari kalangan NU. Basis suara dukungan keduanya terutama di pulau Jawa.Â
Fakta berbicara, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Yusuf Kalla di periode pertama dan Presiden Joko Widodo dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin diperiode kedua yang berasal dari kaum Nahdiyin yang kental.
Sementara, Khofifah di babak terakhir akan diarahkan menjadi juru kampanye Ganjar di Pilpres 2024. Diakui, dari seluruh kandidat yang terjaring masuk bursa Bacawapres wanita, Khofifah yang paling laris manis bagi Bacapres Ganjar, Anies, bahkan Prabowo.
Namun, demi pilpres, Khofifah dan Yenny dianggap sebagai 'pendongkrak' suara dukungan sekaligus 'penambal' suara dukungan yang hilang di daerah tertentu. Keterwakilan perempuan sudah terpenuhi selama proses penjaringan Bacawapres.Â
Toh, apa yang kita saksikan di atas panggung politik ternyata Bacawapres lebih menonjol pada sosok maskulin, pria. Saya kira, dari bursa Bacawapres mayoritas yang maskulin menjadi Bacawapres minoritas yang feminim tidak gampang diwujudkan. Untuk sekian periode, Bacawapres adalah 'era mayoritas yang maskulin, pria'.
Pihak partai politik pengusung maupun para pendukung Bacapres sudah mencoba untuk melirik Bacawapres dari kalangan feminis. Hal itu ditandai dengan berbagai survei telah terjaring satu atau lebih sosok Bacawapres wanita.Â