Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Secuil Diskursus Politik

10 Agustus 2023   17:09 Diperbarui: 17 Januari 2024   10:04 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang kita bayangkan tentang perputaran siang-malam, ia digiring ke arah pengulangan dan digores ulang, jejak-jejak dimana titik celah kata-kata diletakkan di pinggiran gerakan yang menerobos pengetahuan melalui citra pengetahuan yang lain ketika ia dituliskan, digambarkan dan dibacakan secara bergairah. 

Apa yang dapat kita lepaskan dari citra  akan terlunasi dengan banyak mendengarkan musik yang ditandai, atau bagaimana menyentuh suka cita hanya satu kali berpikir serius. Karena itulah kita masih tersenyum tentang apa yang belum kita bayar lunas atas seluruh utang kecerobohan.

Ditinjau dari daya kritis, setelah pengetahuan dikacaukan, penciuman, dan penglihatan lebih dekat, jika keduanya dikosongkan dari kode politik akan mencapai titik pusat pseudo-mesin. Satu langkah lagi permainan politik digantikan oleh luasnya ukuran citra kandidat dan prediksi suara dukungan politik dalam pengetahuan manusia sebagai 'mekanisme kejatuhan selera besar yang sepeleh' karena terjebak dengan penampilan. Padahal, "Belanda" masih jauh bung!

Tetapi, rahasia "mesin" telah menyibukkan kita sebagai daya yang dipisahkan dan disatukan oleh kepentingan yang bercokol dalam ingar bingar politik. Citra, kode, atau tanda dimainkan daam permainan politik. Coba bayangkan! Politik tanpa citra kandidat apa jadinya?

Bagaimana lobi dan penggalangan suara dukungan seia sekata dengan cara mencari tahu apa yang kurang dari bakal calon presiden. Muncul pertanyaan. 

Apakah Ganjar atau Prabowo adalah Jokowi plus? Atau Jokowi minus? Mungkinkah Anies sebagai Jokowi plus plus? Anies antitesis atau penerus Jokowi?

Agar "penampilan luar" tidak dikuasai oleh tubuh, citra, retorika, dan jejak-jejak lainnya. Di hafal luar kepala, politik membutuhkan strategi dan taktik. Mengapa orang atau pendukung buru-buru ingin dapat hasilnya? Bagaimana jika tidak ada kuasa dan negara? Apakah diskursus politik masih ada? Semuanya bergerak secara mekanis. Politik dan diskursusnya tanpa kecuali bergerak secara mekanis. Atas godaan permainan politik lebih memikat, maka secara mekanistik dengan caranya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun