Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wajah-Wajah Pucat

9 Agustus 2023   16:33 Diperbarui: 11 November 2024   15:53 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi gizi buruk pada anak-anak Balita (Sumber gambar: antaranews.com)

Teks-teks pengetahuan tentang narasi kemerdekaan tidak memperhitungkan lagi ada atau tidak ada makna. Penyebaran dan pelenyapan makna-makna baru tidak bergantung lagi pada titik ketidakstabilan makna diantara penanda dan petanda yang masing-masing memproduksi dirinya sendiri. 

Penyebaran makna melalui peringatan Hari Kemerdekaan bersifat terbuka dan bebas, bukan bersifat tetap dan stabil. Ada seorang memaknai Hari Kemerdekaan sebagai kesia-siaan.

Karena itu, makna teks Proklamasi Kemerdekaan tidak berada dalam teks, melainkan hasil pembacaan secara individual dan sosial. Teks selalu menantang bahaya, melawan tanda zaman dan saling berinteraksi dengan kondisi ketidakterputusan tatkala lintasan dari tatanan tanda dan teks telah membebaskan dirinya dari ketransendenan pemikiran. 

Aduh! Bestie ngobrol tentang tema kemerdekaan. Hebat bestie! 

Obrolan tersebut merupakan wilayah bekerjanya teks tertulis yang berbeda. Jika kita memperhatikan pergerakan yang terus-menerus tanpa akhir, bukan hanya sebagai tanda dirinya sendiri tanpa permulaan absolut, tetapi juga tanda-tanda yang memisahkan bacaan atas teks lainnya.

Kisah epik yang nyata diwariskan pada masa depan anak-anak bumi, dimana makna teks tertulis dari Proklamasi yang dibacakan dan diucapkan kembali setelah mengajukan mereka pada pemikiran menjadi kata-kata atau kalimat mengasingkan dirinya, tanpa arus untuk melintasi kedalaman yang kosong dari maknanya. 

Camkanlah itu bestie! Pergerakan hidup terus-menerus tanpa berakhir dari tanda-tanda. Ia akan menjadi titik pembebasan dunia di tengah realitas tanda tanpa isi dan pesan dari teks pengetahuan tentang makna kemerdekaan. 

Setiap aliran tanda-tanda yang menandakan kalimat demi kalimat, halaman demi halaman dari teks tertulis (buku, novel, chat) tidak lagi menjadi ‘pusat’ ungkapan dari banyak orang bagi jejak-jejak lainnya. Tetapi, dari perbedaan dan pertukaran tanda yang terbuka dan menyebar. Roland Barthes, Derrida, Foucault, Deleuze hingga Umberto Eco menawarkan pada kita suatu tulisan di atas tumpukan debu bacaan atas teks melalui tanda-tanda dalam realitas.

Setiap teks Proklamasi Kemerdekaan memiliki kuasa dibentuk tanda-tanda bahasa, sehingga ia terpisah dari pergolakan fiksi yang mereka tampilkan. Penyebaran dunia tanda diselingi teks dengan kata-kata dan benda-benda saling mengisi kekosongan dan saling menopang antara satu sama lainnya. 

Teks Proklamasi Kemerdekaan seakan-akan telah terputus dari dunia tanda atau realitas setelah ketidakhadiran teks tunggal, dalam pemikiran kita akan menarik kembali dirinya untuk keluar dari obyek narasinya. Belum berakhirnya catatan atau jejak pengembaraan sang pahlawan karena ia ditafsirkan ulang dengan makna awal yang kosong, kecuali pergerakan tanda ke tanda baru tanpa keterlibatan teks lainnya.

Sebagaimanan teks tertulis masih setia pada tanda, mimpi dan fantasi akan menemui ruang kemerdekaan, dimana sekarang masih sebagai jejak-jejak petualangan nan heroik. Tetapi, teks lenyap tidak berarti tanda ikut menghilang dalam realitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun