Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Yang Tertulis dan Terbaca

15 Juli 2023   21:21 Diperbarui: 15 November 2024   05:35 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kita tetap bersekukuh, jika tidak ada lagi ilusi atau citra artifisial dalam ketidaksadaran diantara benda-benda disekitarnya? 

Saat ini, kita bermain dengan rahasia permukaan, dari perbedaan dan penyebaran mimpi, ilusi atau citra, kita harus mulai melupakan sebagaian besar dari apa telah dikorbankan.

Relasi antara pengetahuan dan teks bisa terbaca. Di situlah teks ilmiah dan filosofis dibaca: dari matematika, fisika, meteorologi, fenomenologi hingga psikologi. 

Lihatlah, awan berarak! Tanda hujan. Apa? Mengapa? Bagaimana? Saya terbayang banjir bandang di empat tahun silam.

Apa saya bilang. Squad bola negara itukan masuk semi final di Piala Dunia. Obrolan kawan mengingatkan saya tentang klub bola negara mana yang akan masuk ke babak perempat final dan semi final. Ternyata kawan tidak keliru. Di siaran live tivi terdapat running text. Ia tertulis sebagai penanda negara mana yang masuk ke babak ke sekian. Ia mudah terbaca tentang jadwal dari klub bola berlaga.

Ingatan adalah peristiwa sekaligus sebagai teks tertulis tentang kehidupan yang menggoda, yakni akhir ketidakberaturan; transformasi dan pergeseran tidak selalu dalam peristiwa. Sampai di sini, bahwa tidak semua bacaan atas teks tertulis menimbulkan kesenangan. 

Kini, tidak ada kekerasan dalam realitas, kecuali setelah ia tidak bergeser dan berubah menjadi hiperealitas; ia masih selalu kita sentuh dan dinantikan, sekalipun kita masih berharap-harap cemas.

Tetapi, jejak-jejak peristiwa justeru menjadi ingatan saat tidak dikosongkan dari pembacaan. Ingatan tidak bisa dibunuh, kecuali terlupa. Ketika tiruan hanya efek ketidakmampuan seseorang melepaskan ketidakaturan jejak-jejak. Dari pengalaman menulis dan membaca ke jaringan teks yang mengungkung pembacaan atas realitas yang berbeda. Pergerakan teks tertulis atau tulisan digital melepaskan dirinya dari makna tunggal karena pembacaan atas realitas mengatasi “kabut” jejak-jejak belum terlacak. Tulisan sebagai jejak peristiwa yang dimuatinya saat tertulis kembali. Itu pun bisa efektif jika terbaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun