Bergeser beberapa jengkal dari Ganjar, dia disalib oleh Prabowo yang tancap gas. Bisa jadi posisi Ganjar tidak terlalu lama di belakang Prabowo. Suara dukungan Ganjar mungkin melaju kembali. Ia bergantung dari totalitas Ganjar itu sendiri.
Begini. Ganjar diandaikan sedang bermain dalam permainan politik. Dia baru saja memasuki permainan. Apa yang terjadi jika Ganjar terlibat dalam "lemparan dadu" sebagai permainan ala Nietzsche?Â
Bentuk permainan tersebut sebetulnya hanya tawaran. Permainan lemparan dadu rupanya punya dwi momentum. Yang satu, permainan dadu yang dilemparkan. Kedua, permainan dadu yang jatuh. Nietzsche mengatakan:
"Jika aku bermain dadu dengan para dewa di meja mereka, yaitu bumi, sampai bumi berguncang dan terbelah serta semburan api mengalir keluar; karena bumi adalah meja, para dewa berguncang dengan sabda baru yang kreatif dan lemparan dadu dari para dewa" (Thus Spoke Zarathustra, 1977, hlm. 245).
Jadi, apa maksudnya Nietzsche? Bumi tempat dadu dilemparkan dan langit tempat dadu dijatuhkan. Nietzsche tidak menyebutkan lemparan dadu mata enam atau bukan. Dadu yang dilemparkan digambarkan oleh Nietzsche dalam permainan di dua meja, bumi dan langit.Â
Sekarang, strategi pemenangan Ganjar dibahas oleh PDIP hingga Hanura. Yang dibahas di meja bernama bumi, di suatu rapat konsolidasi. Dari sekian kali pembahasan para parpol pendukung, ada "kemungkinan" dadu Ganjar, ditambah bacapresnya jatuh keputusan dari ibu Megawati selaku Ketua Umum PDIP. Maklum, sebagai parpol pengantong 20 persen ambang batas presiden sekaligus pengusung utama Ganjar.
Namun demikian, pengamat politik (harap dikatahui, saya bukan pengamat) sepintas melihat kedua meja permainan dadu punya dua dunia. Pembahasan tentang strategi pemenangan Ganjar terjadi di dua tahapan.Â
Tahapan pencalonan, termasuk masa kampanye dan tahapan hari H pemilihan. Dua tahapan, dua masa nyapres dari satu peristiwa politik lima tahunan, Pemilu 2024. Saya mengerti, saat kawan-kawan juga paham di grup WA, bahwa permainan dadu dengan terjadi di dua momentim, masa tatkala dadu dilempar dan masa ketika dadu jatuh. Yang terakhir ini, masa ketika jatuh pilihan ke Ganjar. Kita lihat, apakah Ganjar berada dalam proses menjadi atau sekadar ada? Menjadi Presiden dipengaruhi oleh jatuh pilihan dari berapa banyak jumlah suara dukungan padanya.
Karena itu, bukan soal berapa kali lemparan dadu. Kita tahu, jumlah lemparan dadu akhirnya menghasilkan berbagai kombinasi yang sama. Permasalahannya, satu strategi dengan banyak suara dukungan.
Berapa kali pun lemparan dadu akan menghasilkan jumlah kombinasi membentuk kembali dirinya berupa kemungkinan menang. Ini bukan berarti, satu strategi pemenangan Ganjar harus banyak pengulangan atas kombinasi permainan dadu. Yang mesti berubah adalah strategi pemenangan dipengaruhi oleh kemungkinan.Â
Diakui, goyangan Ganjar secara kasat mata mudah dibaca oleh rivalnya. Dadu yang dilemparkan harus seiring dengan kombinasi permainan. Itu cara supaya permainan dadu tidak membosankan dan monoton. Adakalanya lemparan dadu datang secara mendadak. Ia tidak diketahui oleh capres lainnya bahkan parpol pendukungnya sendiri.
Bisa jadi dadu yang dilempar dan dadu jatuh pilihan kemenangan di tangan Ganjar terjadi dalam senyap. Satu pertanyaan. Tertarikkah Ganjar dengan lemparan dadu Nietzsche? Kata orang, detik-detik terakhir lemparan dadu yang menentukan. Jatuh pilihan di bilik suara.