Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Akhir dari Tulisan Tinta dan Permulaan Tulisan Cahaya

3 April 2023   15:33 Diperbarui: 7 April 2023   14:52 1762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Murattal Al-Qur'an secara online tidak lebih dari tulisan cahaya. Ia menggantikan tulisan manual. 

Tulisan cahaya berbasis online betul-betul tidak ribet. Kita bisa membaca teks tertulis berupa ayat demi ayat Al-Qur'an yang berjalan di layar secara online. Mudah dan nikmat!

Bagaimana jika saya sedikit mengurai (sekalipun saya bukan ahlinya) dari sudut pandang lain tentang tulisan cahaya (teks Al-Qur'an). Teks tertulis tersebut secara online memungkinkan tersaji di ponsel atau di medsos dan layar-layarnya. 

Tulisan cahaya, ponsel, dan medsos sebagai 'tubuh'. Suatu 'tubuh' yang sedang mengalami 'metamorfosis' sedemikian rupa.

Baiklah, tatapan mata mengikuti penggabungan tubuh dan keriangan, fantasi ringan dan jarak pandang yang pada akhirnya memasuki ruang yang berbeda. 

Ruang tersebut penuh 'tulisan cahaya' memuat teks agama (Al-Qur'an). Tulisan cahaya banyak dibaca oleh kaum muslimin di masjid dan tempat lain. 

Suara Ilahi bergema yang dipadatkan dalam bentuk teks tertulis melalui layar ponsel kerap disenandungkan dalam bulan suci Ramadhan. Permukaan layar media sosial  tanpa cairan kental dalam tubuh dengan rangsangan cerita detektif, dan drama komedi. 

Aura kekerasan cahaya dinetralisir dengan suara-tulisan cahaya Ilahi melalui ponsel atau medsos yang bertujuan untuk mengakhiri perang urat syaraf, hoaks, dan ujaran kebencian. 

Penglihatan mata sekejap digambarkan sebagai percikan cahaya di ujung ruang kegelapan karena membersitkan ingatan-ingatan traumatik dan pergolakan aneh dalam suara Ilahi. Sedangkan, rentetan kegelapan di sekitar kita mengambil analogi tungku api nafsu  yang berkobar-kobar menjelma sebagai suatu energi Ilahi.

Tetapi, nafsu yang padam dan kembali bergejolak menampik ekstase Keilahiaan. Garis-garis masa kegairahan individu yang kita bayangkan termuat dalam dimensi waktu telah 'menjadi binatang berakal' di hadapan hiperealitas. 

Melalui kegairahan diri yang berada dalam ekstase Keilahiaan, maka tubuh di bawah kilatan-kilatan tajam sebuah tatapan penuh nafsu. Hiperealitas merupakan langkah pasti bagi pengaburan baru dari kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun